Follow Us @soratemplates

Rabu, 06 Agustus 2014

Agustus 06, 2014 6 Comments
Long Distance....

Hi ,,,,

Have you ever been waiting for someone until you feel so bored?
Now, i'm in this situation...
Feel so bored, even in basicly this is an usual feel,
Because there is no time like before anymore,
Because there is no text as usual that I get from him anymore,,,
Because there is no Love as deep as before,,,

Now, all of the feel like dissappear, lost....


We are in Long Distance Relationshi(t)p now,
We are in Backstreet Relationshi(t)p too,
and We are in Busy Relationshi(t)p again,

Just trying to fight and stand in this way,
but this isn't as easy as I think at the first,

Should I stop it ?




pict : from google.



Rabu, 04 Juni 2014

GAJAH

Juni 04, 2014 0 Comments

Satu lirik dari Tulus yang mengingatkan kan ku dimasa-masa kecil :D
Dulu julukanku "Gajah" karena ukuran badanku yang lebih besar dari mereka. Ahahhaha....selalu marah kalau mereka menyebutku Gajah, tapi kira-kira sekarang teman - temanku masih inget gak ya ama julukan ini :'D

GAJAH
By: TULUS

Setidaknya punya tujuh puluh tahun
Tak bisa melompat kumahir berenang
Bahagia melihat kawanan betina
Berkumpul bersama sampai ajal
Besar dan berani berperang sendiri
Yang aku hindari hanya semut kecil
Otak ini cerdas kurakit berangka
Wajahmu tak akan pernah ku lupa
Waktu kecil dulu mereka menertawakan
Mereka panggilku gajah, ku marah
Kini baru ku tahu puji di dalam olokan
Mereka ingatku marah
Jabat tanganku panggil aku gajah
Kau temanku kau doakan aku
Punya otak cerdas aku harus tangguh
Bila jatuh gajah lain membantu
Tubuhmu disituasi rela jadi tamengku
Kecil kita tak tahu apa-apa
Wajar bila terlalu cepat marah
Kecil kita tak tahu apa-apa
Yang terburuk kelak bisa jadi yang terbaik
Yang terburuk kelak bisa jadi yang terbaik
Kau temanku kau doakan aku
Punya otak cerdas aku harus tangguh
Bila jatuh gajah lain membantu
Tubuhmu disituasi rela jadi tamengku
Kau temanku kau doakan aku
Punya otak cerdas aku harus tangguh
Bila jatuh gajah lain membantu
Tubuhmu disituasi rela jadi tamengku

Minggu, 25 Mei 2014

SENJA PENANTIAN

Mei 25, 2014 0 Comments


Aku hanya bisa mengingat paras wajahnya
aku rekam baik-baik dalam memori otakku,
aku bingkai dalam pigura kenanganku,

Sore itu,,,
senja yang menjadi saksi kala dia mengucap janji,
janji sehidup semati bersama sang kekasih hati...

Tulus,,,
aku lihat itu jelas dari matamu,
seperti malam yang selalu menantikan bulan dan bintang,
seperti tepi pantai yang selalu merindukan deburan ombak,

Jangan menangis lagi,
aku tak Ingin melihat butiran kristal itu keluar dari indah matamu,
itu terlalu berharga bila kamu menangisinya.
Dia yang selalu kamu banggakan bermain hati dengan perempuan lain
tanpa kamu sadari...

Kamu tak tahu karena kamu dibutakan oleh cinta....

Hai perempuan....
Air matamu sangat berharga hanya untuk sekedar menangisi seorang pengkhianat,

Sekarang,,,
bajakan hatimu, lanjutkan mimpimu,
karena tak seharusnya engkau terus terpuruk
di dalam penyesalanmu...

Tersenyumlah,
karena mentari selalu senantiasa memelukmu dengan hangatnya,

Di sanalah...

ada seorang anak manusia yang sedang memperhatikanmu bangkit dari kegagalan...

Senin, 12 Mei 2014

Mei 12, 2014 0 Comments
11:11 PM


Waktu di mana semua hal di dunia nyata terhenti, menghilang, dan takkan pernah kembali.”

Denting jam ditembok, seolah seperti sebuah simphony yang memekakan telinga, dan mengiris ulu hati. Alunan pilu not-not yang entah dari mana sumbernya, merangkai menjadi alunan dentingan yang syahdu. Teriris.

Dentingan yang tidak biasa yang pernah aku dengar. Jam dinding itu selalu berdenting di putaran-putarannya dan selalu sama. Tapi, tepat pukul 11: 11, dentingannya sangat lembut, lebih lama, dan selalu berhasil membuat bulu kudukku berdiri tiap kali aku mendengarnya.Mungkin saja kalau jam dinding itu bisa bicara,dia ingin sekali mengatakan sesuatu kepada setiap seseorang yang melewatinya, tapi....jam dinding hanyalah jam dinding, dia benda mati dan tak akan bisa berkata.......

Jam dinding itu menempel di dinding diantara rak-rak buku milik omaku, jam dinding yang selalu menyita perhatianku tiap kali aku berada di ruangan baca itu. Karena bentuknya yang unik, terkesan klasik, dan usianya melebihi usia anak sulung omaku- itu lebih dari 45 tahun lalu-serta karena suara dentingan yang tidak biasa.

Setelah sekitar 10 jam perjalanan, akhirnya siang itu, aku dan kedua orang tuaku tiba di kediaman omaku. Semenjak opah meninggal beliau hanya tinggal sendiri di rumah yang cukup besar itu, dan hanya ditemanin beberapa pembantu dan sopir yang bekerja paruh waktu.
Kulitnya yang keriput, rambutnya yang memutih, badannya yang tak lagi tegap ketika berdiri, selalu menyambut setiap orang yang mampir di rumah itu dengan hangatnya, menyiapkan semuanya sendiri, detail. Sampai handuk mandi untuk para tamunya beliau siapkan juga. Mentari yang bersinar sangat terik di hari itu membuatku enggan untuk berkeliling jalan-jalan ke kebun bunya milik omaku. Padahal dulu aku suka sekali beramain di sana ketika aku kecil kata oma, entahlah kapan waktu itu ,bahkan aku tidak ingat jika aku pernah suka bermain di kebun bunga oma.

Aku berjalan meninggalkan ruang keluarga dan menuju tempat istirahatku yang sudah disipakan oleh oma, tapi langkahku terhenti di ruang baca. Keinginanku untuk bersantai di kamar seolah terkalahkan oleh ketertarikanku untuk berdiam di ruang baca. Ruang baca itu selalu tertata rapi persis seperti terakhir kali aku ke tempat ini, setahun lalu. Entah kenapa aku suka sekali berada di ruangan ini, mungkin karena nyaman, bersih dan pasti banyak buku-buku langka di sini. Jane Austin, Mary Shelley, Sir Walter Scott, Robert Shouthey, William Blake, dan William Shakespeare dengan master piecenya “Romeo & Juliet”, telah menjadi penghuni di ruang baca ini sejak bertahun-tahun lalu.

Semua koleksi buku-buku yang ada di ruang baca ini adalah milik Opa. Sering kali Opa menghabiskan waktunya di ruangan ini – kata Oma. Sayangnya, aku belum sempat bertemu dengan Opa, beliau meninggal tepat 7 hari sebelum aku lahir. Aku hanya melihat wajah Opa dalam foto keluarga yang dipajang Oma di ruang keluarga. Tapi kata ayah, aku mirip Opa, bukan wajahnya melainkan cara berpikirnya, tingkahlakunya, celetukku yang spontan dan sering kali mengingatkan ayah kepada Opa.

Aku mulai asik memilih-milih buku untuk aku baca nantinya, tapi ketika tanganku asik bermain diantara buku-buku, ekor mataku melihat suatu benda tergeletak di atas meja di pojok ruangan. Itu seperti sebuah photo album. Aku menghentikan aktifitasku dengan buku-buku di rak lemari dan menghampiri album foto itu. Aku duduk di kursi goyang kesayangan oma sambil melihat-lihat foto-foto yang ada di album itu.

Keasyikanku terhenti ketika aku melihat foto seorang gadis dalam album, gadis yang belum pernah aku lihat sebelummya. Memakai baju coklat , rambutnya dikepang dua dengan pita-pita kecil menghiasainya. Hanya saja, dari foto yang aku lihat itu, gadis itu seperti mengidap Downsyndrom, gadis yang berumur belasan tapi di dalamnya terdapat jiwa balita. Tapi dia manis.

Berbagai pertanyaan muncul dibenakku, sebenarnya siapa gadis ini? Mengapa aku tidak pernah tahu selama ini? Kenapa tidak ada yang menceritakan kepadaku siapa gadis ini?
Aku terus mencari tahu sebenarnya siapa gadis album itu. Dan, aku menemukan satu foto kartu ucapan ulang tahun. “Selamat Ulang Tahun, Merlyn...” -Peluk Cium Papa Mama- Merlyn ? Siapa Merlyn?

Aku tertidur di ruang baca Oma sekitar satu jam, ibuku membangunkan aku dan menyuruhku untuk mandi dan bersiap makan malam bersama. Saat itu pertanyaan-pertanyaan tentang Merlyn yang sebelum aku tertidur terus saja bertengger di kepalaku, saat itu juga entah hilang kemana. Seperti ada sesuatu yang hilang, yang seharusnya aku tanyakan kepada ayah dan omaku, tapi apa?

Selama di meja makan aku hanya terdiam dan memakan makanan sekenanya saja,sepertinya cacing dalam perutku kali ini sedang malas untuk mendendangkan keluhan laparnya kepadaku, tidak seperti biasanya.
“Kinan, masakan Oma tidak enak? Kenapa kamu tidak semangat begitu makannya? Kamu sakit?”, pertanyaan Oma yang berentet membuyarkan lamunanku.
“Tidak Oma, makanannnya enak kok, mungkin Kinan kecapeka aja Oma”, kataku sambil tersenyum manis kepada Oma.
“Ya sudah, kamu habiskan makan malammu terus kembali ke kamarmu buat istirahat”Ayah menambahkan.
“Iya yah...”

Aku masih termenung, memikirkan apa yang sebelumnya aku pikirkan, kenapa aku tidak bisa ingat sama sekali? Rasa penasaranku semakin membesar ketika aku melewati ruang baca itu lagi. Album fotonya masih tergeletak di tempat yang sama. Berharap dari album itu aku bisa teringat kembali apa yang sehrusnya aku tanyakan.

Merlyn.
Satu nama yang membuat aku penasaran, kali ini aku harus bertanya tentang gadis itu.Dan, entah kenapa perasaan penasran ini tidak biasa, aku biasanya tidak seperti ini bila penasaran akan sesuatu, tapi kali ini, beda. Aku tulis nama itu dalam ponselku sebagai reminder, bila aku nanti lupa lagi setelah tertidur di ruangan ini. Bener sekali, seketika rasa kantuk melandaku, mataku seakan tak bisa diajak kompromi, aku melihat jam saat itu tepat pukul 11:11 malam. Kenapa tiba-tiba malam terasa sangat cepat sekali? Bukankah baru saja aku makan malam bersama keluargaku.

Tubuhku serasa lemas, kakiku terasa lemah untuk menopang tubuh ini. Kurebahkan badanku di sofa ruang baca itu masih dengan memegang album ditangan. Mataku akhirnya terpejam, aku tertidur lagi.

Gelap.
Aku berjalan melewati sebuah lorong tanpa cahaya, terlihat satu titik cahaya di ujung lorong yang membuatku berjalan ke arahnya. Ternyata lorong itu membawaku kesebuah ruangan. Tapi di mana itu?

Mimpi yang mengerikan. Aku melihat sebuah pembunuhan dengan mata kepalaku sendiri. Seorang gadis yang dibunuh dengan kejam dan meninggal di ruangan itu dengan keadaan tragis. Sayangnya ruangan yang terlalu redup membuatku sulit melihat siapa-siapa saja yang membunuh gadis itu, Kejadiannya sangat cepat. Tidak banyak yang bisa aku rekam dalam ingatanku dari mimpi itu, hanya saja, yang paling aku ingat wajah dari gadis di mimpiku itu. Wajahnya mirip dengan gadis yang pernah aku lihat di album foto Oma. Sebenernya siapa dia?

Sentuhan dan panggilan lembut ibu membangunkan ku perlahan. Aku terjaga dari mimpiku. “Kamu, kenapa tidur di sini, Kinan?”.”Iya bu, aku ngantuk banget tadi bu, jadi tertidur di sini.”

Aku melihat arloji yang aku pakai, waktu itu menunjukkan pukul 9.15 malam. Seketika aku kaget, karena ketika aku masuk ke ruang baca tadi jam sudah menunjukkan pukul 11.11malam . Aku pikir arlojiku yang rusak. Aku memastikan penglihatanku dengan melihat jam dinding di ruang baca itu. Astaga, jam tua itu menunjukkan jam 9.15 malam. Entahlah apa yang terjadi, mungkin mataku saja yang mulai rusak. Lain kali mungkin aku harus memakai kaca mata.

Malam itu berlalu dengan hati yang tak karuan. Mimpi yang mengerikan, jam didinding dan penglihatanku yang mulai tidak bagus.Dan keganjalan-keganjalan lainnya yang aku alami. Entahlah,,,sebelum aku terlelap lagi dalam tidurku, aku berdo'a semoga aku masih bisa melihat esok pagi yang cerah.

Mentari yang hangat lembut menyentuh wajahku, aku terbangun. Senyum manispun aku berikan kepada sang surya yang masih berkenan datang di pagiku. Aku bergegas mandi dan menyiapkan diri untuk sarapan pagi bersama Oma, ayah dan ibu. Karena Oma pasti akan ngamuk kalau aku tidak ikut sarapan pagi.

Benar saja, Oma yang sedang berada di dapur bersenandung kecil dan sesekali mengencangkan suaranya untuk sekedar memberi tanda jika sarapan sudah siap. Ibu yang ikut menyiapkan sarapan pagi senyum-senyum kecil melihat kelakuan Oma yang seperti orang jatuh cinta. Pagi yang indah.

Kamipun berkumpul kembali di meja makan yang berukuran cukup besar itu, kira-kira cukup untuk tujuh orang itu. Hari itu hari kedua aku berada di rumah Oma, rencananya besoknya kami kembali ke kota karena akan ada acara di kantor ayah yang mengharuskan aku dan ibu ikut menghadirinya. Tapi ternyata kami harus tetap berada di rumah Oma.

Pagi itu juga aku iseng bertanya kepada Oma tentang gadis yang aku lihat di album foto Oma. Ketika itu kita sedang berkumpul di ruang keluarga. Oma yang tadinya begitu berseri wajahnya, mendadak berubah seperti ada duka yang tersimpan. Luka dalam. Dengan pandangan kosong Oma akhirnya menceritakan semuanya.

Merlyn, gadis bungsu Oma, yang mengidap down syndrom atau yang biasa dikenal dengan keterbelakangan metal. Menghilang seperti tertelan bumi di rumah puluhan tahun yang lalu. Ketika kejadian itu Oma tinggal bersama Paman Josh ,Bibi Lisa, dan Merlyn -anak kedua,ketiga,dan keempat dari Oma- sedangkan ayahku anak pertama Oma yang harus kerja keras menjadi tulang punggung keluarga menggantikan Opa yang telah meninggal. Yang mengharuskan Ayah bekerja di negeri Paman Sam serta melanjutkan study-nya di sana.

Malam kejadian itu, Oma sedang menghadiri acara peresmian perusahaan milik kolega Opa yang mengharuskan Oma tidak turut serta mengajak Merlyn menghadiri acara malam itu. Sepanjang acara hati Oma merasa tidak tenang meninggalkan Merlyn di rumah sendirian di kamarnya meskipun di rumah ada Paman dan Bibi. Benar saja, sesampainya di rumah Oma tidak menemukan Merlyn di kamarnya ,pun di tempat lainnya.

Oma mencari Merlyn keseluruh ruangan rumah tapi hasilnya nihil. Keesokan harinya Oma memanggil polisi untuk melacak keberadaan Merlyn. Tapi, pihak polisipun angkat tangan menangani kasus Merlyn ini. Paman dan bibi yang ketika itu berada di rumah ketika kejadian diperikas dan polisi tidak banyak mendapat informasi dari mereka. Merlyn hilang ditelan bumi.

Awalnya Oma percaya pasti Merlyn ada di sebuah tempat, tapi dimana?
Masalah ini berlarut-larut tanpa ada penyelesaian. Oma hanya bisa menangis sepanjang hari menangisi kepergian Merlyn. Masih hidup ataukah sudah meninggal. Bertahun-tahun berlalu dan masih menyisakan misteri tentang keberadaan Merlyn. Akhirnya Oma merelekan kepergian Merlyn, dan membuat satu kuburan yang bertuliskan nama Merlyn pada batu nisan itu.

Bukan waktu yang sebentar untuk menyembuhkan luka kehilangan kedua orang yang Oma sayang. Opah dan Merlyn.

Hingga akhirnya aku lahir ke dunia seperti memberikan warna yang baru untuk hidup Oma. Paling tidak, Oma bisa sedikit melupakan Merlyn yang malang.

Sejam, dua jam, dan hampir 5 jam aku duduk berbincang dengan Oma. Tepukan pundak Oma mengakhiri percakapan kami ketika itu.
Bagitu banyak pertanyaan berkecamuk di kepala, diamku memikirkan Merlyn yang malang. Seharusnya cerita ini sudah dikubur dalam-dalam, bersama jasad Merlyn -yang dianggap ditelan bumi- yang damai. Damai? Aku rasa tidak.

Malam itu aku kembali bercengkrama dengan buku-buku Opah lagi. Sesuatu yang aku cari aku harap bisa aku temukan malam itu juga.

Pukul 11 malam, aku masih tetap di sana, di ruang baca itu. Rasa kantuk bukan lagi merasuki pelupuk mata melainkan hilang entah kemana, biasanya aku jam segini sudah berada di alam mimpiku. Tapi tidak malam itu.

Aku masih berada di alam sadarku. Jelas sekali sekelibatan seseorang mulai masuk ke dalam ruang baca. Siluet wajah seorang perempuan tergambar jelas di dinding depanku. Takut. Aku harap tidak menghinggapi dadaku ketika itu. Tapi ketakutan itu malah semakin membesar dan menguasai dadaku.Sesak !

Aku memejamkan mata. Tak sekalipun aku membuka. Beberapa menit berlalu aku baru sadar, seharusnya aku menyaksikan semuanya. Bukankah ini yang aku cari?
Mungkin jawaban dari petanyaan ku terjawab selama.

Kujadikan ketakutan sebagai kekuatanku ketika itu. Aku takut jantungku akan melemah setelah berdetak begitu cepat. Melihat kejadian yang tak dilihat orang awam, mendengar suara yang bahkan tak terdengar. Baru sekali aku mengalaminya.

Suara tangis, rintihan, ketawa terbahak, cacian-makian. Terdengar jelas, seisi rumah seharusnya mendengar juga.Tapi tidak, hanya aku saja yang mendengar. Ingin sekali berteriak melihat siluet kejadian pembunuhan di depanku.

Tapi aku tidak bisa. Aku pasrah dengan semua yang aku lihat di depanku ketika itu. Aku harap aku kuat, jantungku tidak melemah atau bahkan tiba-tiba berhenti. Lagi-lagi aku tidak bisa mengeluarkan suara dari mulutku, apalagi untuk teriak. Aku bungkam.

Dua orang dewasa, seperti perempuan dan laki-laki sedang mengancam seorang gadis. Dibunuh secara sadis, dan akhirnya dikubur dibalik tembok. Anehnya sejak kapan mereka mempersiapkan branksa besar dibalik tembok itu. Seperti sudah dipersiapkan, tubuh gadis itu dimasukkan ke dalam brankas yang berlapis baja tebal.

Pembunuhan itu seperti sudah dipersiapkan. Brankas besar dibalik tembok itu, seperti ukurannya udah diukur sesuai dengan ukuran tubuh korban. Tapi yang dibunuh itu siapa? Mengapa dia dibunuh? Apa motif pembunuhan itu?

Aku terbangun dengan nafas tersengal, keringat bercucuran, sekujur tubuhku serasa sakit semua. Dan aku menemukan diriku sudah berada di kamarku sendiri. Seingatku aku berada di ruang baca Opah. Lalu siapa yang memindahkanku ke tempat tidur ini? Apa yang terjadi tadi malam hanyalah mimpi? Tapi itu terlalu nyata untuk sebuah mimpi.

Aku menceritakan semua yang telah aku alami kepada ayah , ibu dan omaku. Hingga akhirnya ayah yang tadinya tidak percaya dengan apa yang aku ceritakan, mau menurutiku untuk membungkar tembok yang berada di balik jam dinding tua di ruang baca Opah.

Sial !
Yang aku takutkan benar terjadi. Jasad Merlyn tersimpan rapi di balik tembok itu. Seharusnya aku tidak mengungkap misteri ini tapi, sebuah kesalahan besar bila aku tak juga membuka tabir misteri kematian sang gadis malang. Merlyn.

Omah shock, ibu memegangi pundak omah dari pertama dibungkarnya tembok itu. Ayah hanya bisa terduduk lemas melihat pihak otopsi memeriksa jasad saudara bungsunya yang terbujur kaku. Dan aku,,,hanya bisa diam.

Tubuh mungil Merlyn dipindahkan dari kotak besi yang dingin ke dalam peti yang memang seharusnya jasad itu bersemayam. Anehnya, belasan tahun jasad Merlyn dikubur di balik tembok itu, dan tidak ada yang mencurigainya. Bahkan dari jasad Merlyn tak tercium bau busuk yang biasa dikeluarkan dari tubuh yang telah mati.

Kini arwah Merlyn sudah tenang dialamnya, ditempat yang seharusnya....





Kamis, 03 April 2014

April 03, 2014 0 Comments
ILLUSION


Everything has happened and will be happen in the world has a reason. Whether it's rational or irrational, whether it has a wanted reason or not. That's happening with a girl 23 years old. Ennelis. She is a daughter from the most famous businessman in her town. Her Daddy has abundant wealth, his wealth was predicted never all over until his seventh descent. That's not weird if Ennelis accustomed with glamour life. Everything that she wants always she gets, because her father gives it for her. But, only one that never she gets from her father, it is affection. Ennelis spends her time in her room, she called “screet garden”. After her mom passed away, she never goes to school, she never works anymore. She just collects an awkward doll. She likes it. She feels there are so many friends in her screet garden. She just talks to the doll for along day. Sometimes she forgets to eat, to take a bath, even to sleep. It's sound odd habitual, but she has reason why she does it.

Ten years ago.......
It was raining like a storm, the sky seemed like angry to earth, lightning darting seemed like the nature wouldn't be friend, the wheather was very unfriendly at that time. Ennelis, 13 years old, was sleeping on her bed. But, the noise outside bother her. She tried to ingnore her frightened. Sudden, the terrifying wind blowed in her room through the window, and shake easily all of furniture in her room. Praaakkkkk !!! It heard like a something has fallen on the floor, Ennelis presumed to out from her coverlet. She tried to find something has fallen caused the wind, it turns out the family photos frame that has fallen a part on the floor. In that photo, her mom seems like beautiful, her daddy seems like handsome, both of them hugged Ennelis warmly. It wasone years ago when Ennelis was twelve years old. Suddenly, the badly yearning of her happiness pierced into her heart. Her chick was wet, the tears run out from her eyes. She cried. She wanna the happiest moment in her life come back in her family. There is no harmony in her family, anymore. Since her daddy decided to marry again. None who explained about it to Ennelis. She just saw that her mom cries and argument with her daddy everyday. Ennelis, a little girl just silent blank streses when it happened. Kreeeeeeekkkkkk !!! The door opened, the sound of her door interrupt her fantasy. While Ennelis wiped her tears from her cheek, she look toward to the door, it appear her mom opened the door. Ennelis's mom looked like unusual, her face was pale, gave a sign for Ennelis to follow her walked outside from room. Enelis was following her mom from backside. The lihgting was sober, it made Ennelis so difficult to see around, but she knew that her mom invited her to the daddy's rading room. That was very unusual, her mom didn't holding her hands. Ennelis tried to reach her mom's hand, but she cannot.
Then, both Ennelis and her mom were in a reading room.. At that night, her mom wore a white blouse, her hair lefted untidy, and her eyes seemed swollen . If she had been crying? Without expresion, her mom told about all of the true story that happened in their family. It's too early for Ennelis knew about complicated problem. She should enjoyed her adolescence whit cherrfull, happiness, and full of affection from her parents. Her mom took a book on the pile of books. From outside the book, it is looked like ordinary book, but when her mom opened the book, there is a gun. It turnend out that the book it's only imitative, actually it for keeping gun. The gun was father's it suggesed to kill her mom. At least, that told her mother. Ennelis frightened, she just silent, and cried without sound when her mom threatened her with the gun. Her mouth suddenly was mum to disenchant her mom's madness. Her eyes closed, seemed resigned to receive what will happen. The creepy iron touched her head. Cool, dark, silent, frightened ! Dooorrrr... !!!
That's sound explosion from the gun. The noise was very loud so made all of the people who lived in that home awoke. The gun spewed bullet, not to Ennelis's head but in her mom's head. She suicided, and was passed away at that moment. Ennelis found something weird in her mom's hand, her mom huged a doll. But, whereit came from? And Ennelis took that doll.
Ennelis woke up from her bad dream, the sun was shining warmly. The dream always come to her sleep, it was passed but it felt happen on and on in her dream. That's why, she felt so frightened when she went to bed. Ennelis spends her time in her room, she didn't go to the school or went to the work anymore. Oneday, she decided to find another activities in outside because she felt bored. She walked away from her house alone. None who accompenied her. She never felt like that so far. She walked based on her conscience. When she sat on a bench in the garden, downtown. She smile at her self, I t turned there are so many happines in outside, chikdren played happily, the parents chitchat with another parents, partly the people just reading a newspaper and lunch together.
When Ennelis still enjoyed an overview in front her, an unkwon man come to her. The man to the point introduced her self to Ennelis. Ennelis seemed unfriendly, she just nocomment when he was talked. He was called Josh. Almost a half hour, Josh has been talking to the Ennelis, and Ennelis still silent. Josh stoped to talk and looked at Ennelis.
“What do you want?”, Ennelis asked to Josh.
“Finally you are talking.”, Josh felt so relieved.
“What do you want?”, asked Ennelis again.
“Nothing, I just wanna be your friend”, Josh smiled at Ennelis. Ennelis no expresion.
“I wanna u go away from my eyes ! “, said Ennelis angry.
“ Ok, I will go, but tomorrow you have to date with me !”.
“Are u crazy ? I don' t know you , you even don't know me ! How come we go date together?”, Ennelis angry.
“I know you, Ennelis.....”,
“How come you know my name?”, Ennelis was expected.
“Not only your name, but also your dad.” said Josh.
“How come? Don't tell wast story to me,” Enelis bring her bag and let Josh alone, but Josh wont
“Your father married with my mom long long ago, it means i'm your step brother, actually i've been spying you, it around ten years ago, I just wanna know who is my new dad, he never tell anything to me about previous family, and after I am stalking, I know you.” Josh told without Ennelis permission.
“What for you spy my family?”, Ennelis looked at to Josh.
“I wanna make sure that my mom marry with right people, and make sure that my mom happy with her choose.” said Josh.
“And as your expection, your mom live with my dad happily ? But not for my family, my mom despreted about it, and decided to suicide. And me,,,,i don't know,,,,!”, Ennelis cried.
“I'm so sorry, but I don't know if your mom suicide. Sorry....”, Josh felt so guilty.
“I wanna redeem my guilty all this time, give me opportunity.” asked Josh
“You and your mom never get back my happiness like before.” Ennelis went away from Josh quickly.
Josh just felt so guilty to Ennelis's family. He wanna gave Ennelis happiness liked her dad gave before.
Next day, Josh saw Ennelis in the garden and sat on the same bench. She seemed like read a book. Josh wont to disturb her time, she just saw Ennelis from his side . He spied Ennelis everyday. Until oneday Josh decided to meet Ennelis in the same place like before. At this time Ennelis keeped calm and let Josh sat on her side. John talked more than before, Enneliss too. Both of them tried to share anything, Ennelis and Josh laugh together, they get closer. They spend their time together. They was doing everything together. Now, Ennelis has a friend. Her life not dark again, she has new collors not only black or white, but also colorfull, she called Josh. Ennelis fallen in love with Josh, Josh too. But they know that they never can live together like a lover, because they are brothers.
Ennelis's life has changed because Josh, there is no weird habitual, no colected awkward doll again, there is no sadness again. One evening when Ennelis went to bed, she doesn't found her doll. One of collectin doll. The doll which hugged by her mom. Why the doll suddenly lost? She never brought the doll out from her room, who was steal?Ennelis looked for to other side, but there is no result. She was sad. The doll accompanied her as long as her mom passed away now the doll lost.
On other hand, her dad now that Ennelis got closer with Josh, more than brothers, but it seemed like a lover. Her dad very angry, Ennelis banned to meet Josh vice versa with josh. Her dad just gave her sadness,he doesn't care about her happiness. Josh the only one who restore her happiness, and now her dad snatched it from her. Ennelis couldn't to struggle her love again. And one big dream to life with Josh was only dream. Ennelis broken heart. There is no happines in her life, all of back to the dark. Ennelis hopeless,she thought that her life useless. Her mom was passed away, her dad don't care, Josh went away from her because her dad banned Josh met Ennelis.
One night, Ennelis with her sadness looked the moon, the moon seemed invited Ennelis to fly away to the moon. Ennelis felt so comfort, she saw her mom was fly beautifully to the moon, unconscious Ennelis stepped forward, as if her mom invited her to fly away with her. Ennelis flight away not to the moon but to the earth. She has fallen from her room that fourth floor. Ennelis passed away. All people suggesed that Ennelis suicided. In her room Ennelis hoped that none got experience same as with her. Let only her that did it !


Sabtu, 29 Maret 2014

Maret 29, 2014 1 Comments
Jingga yang merona orange, memberikan arti lain dari seorang penulis jingga,

hai jingga, aku di sini kembali menulis tentangmu,
Engkau terlihat angkuh dan mempesona,
mau tahu hal apa yang aku lakukan ketika aku menulismu?
Aku duduk di sebuah jendala tanpa kaca,
yang tepat mengarah ke hadapannya,
kali ini aku berani kan melihatmu langsung,
aku berani memandang wajahmu langsung,
bukan lagi dari sisi sampingmu, atau bahkan dari sisi gelapku.

Kali ini aku bercerita tentang betapa lemahnya dirimu.
Aku yang selama ini menulis semua keindahanmu sudah jengah,
karena begitu banyak kata-kata indah yang aku pilihkan untuk membingkaimu
dalam sebuah figuraku.

Orang di sana, tak akan tahu betapa indahnya dirimu
bila aku tak menulismu,
selama aku tak menulis tentangmu, kamu terlihat memudarkan
karena aku yang sebelumnya selalu mengingatkan orang di sana
betapa mempesonanya dirimu dalam tulisanku.
Tak bisa kan kamu tanpaku :)

Tenang saja jingga,
penulismu ini tak pernah berhenti mengagumimu.
Aku tidak peduli dengan apa kata orang di sana.
Karena dengan menulismu aku berada di NEVERLAND ku sendiri.
Dimana aku bisa menjadi diriku sendiri.
Karena hanya dengan menulismu, aku bisa tetap dekat denganmu.

Untukmu, Lukisan sang Ilahi, Langit Sore, Jingga....

pict: google.com

WELCOME BACK PENULIS JINGGA !!!!! ^_^


Maret 29, 2014 0 Comments
March, 29 2014 2:20 pm

Harga mati untuk sebuah cinta adalah pengorbanan.

Jangan pernah keluhkan seberapa besar pengorbanan yang telah kamu lakukan untuk pasanganmu bila kamu  masih menginginkan sebuah balasan darinya.
Bukankan cinta itu tak bersyarat?

Semua itu adalah sebuah sebab-akibat, seperti kebaikan atau ketulusan yang kamu berikan kepada pasanganmu akan kamu dapatkan suatu hari nanti meskipun bukan sekarang bisa langsung kamu rasakan. Tetapi ketika kamu mendapatkan yang sebaliknya dari apa  yang telah kamu berikan kepada pasanganmu, percayalah dia bukan terbaik untukmu. Jangan pernah berfrikir keburukan perilaku yang kamu dapatkan itu sebuah karma atau kutukan-kutukan menakutkan lainnya, ini hanya ujian Tuhan kepadamu sejauh mana kamu bisa menghadapinya.( Kamu pernah menghadapi yang lebih berat dari ini kan, kali ini kamu pasti bisa menghadapinya sendiri. :) )

Cinta seseorang kepada kekasihnya adalah karena dia ingin mendapatkan balasan yang serupa yang dia berikan kepada pasangannya adalah ketidaktulusan.

Pada dasarnya ,saya sendiri belum paham apa itu Cinta yang sebenarnya. Yang saya tahu cinta itu memberi tanpa harus diminta, mengerti tanpa harus dijelaskan.
Bila cintamu tak tahu tentang apa yang ada dihatimu sekarang, precayalah mungkin suatu saat nanti dia akan sadar betapa kamu orang paling dibutuhkannya. Dan ketika saat itu datang yakinilah, kamu telah menemukan cintamu yang lain yang lebih tepat mendapatkan ketulusan cinta darimu.

Jangan pernah takut untuk berkorban, terus jalani jalanmu, yakini hatimu, dan kerjarlah mimpimu. Akupun begitu :')