Follow Us @soratemplates

Kamis, 10 Januari 2019

Membaca buku Vs Menonton Film

Membaca buku  atau menonton film?

Mostly, bakalan pilih nonton film ya ? Siapa sih yang gak doyan nonton film ? akupun begitu, seneng banget nonton film. Paling seneng sih nonton film horor. Hahah

Anyway, kali ini aku gak akan bahas tentang film yang pernah aku tonton atau buku apa yang sering aku baca. Tapi, kali ini aku pengen membandingkan dampak dari menonton film dan membaca buku. Pengen share aja dari pengalamanku selama ini mengenai dampak dari dua kesenangan itu.

Well, ngomong-ngomong mengenai dampak nih, pertama aku mau bahas dampak dari menonton film ya (sebenernya menonton bisa apa aja, kayak nonton TV, layar tancep atau apapun itu, karena banyak hal bisa ditonton, jadi aku persempit aja bahasannya menjadi menonton Film). Biasanya, aku kalau abis nonton film entah itu di bioskop atau di laptop, aku bakalan lebih cepet lupa ama ceritanya kalau udah selesai, hahhaha. Nah, cepat lupanya aku dalam mengingat-ngingat film yang pernah aku tonton, bikin aku gak kebayang-bayang sama film horor yang udah pernah aku tonton. Biasanya sih, beberapa viewers bakalan terbayang-bayang ama hantu yang main di film horor yang abis ditonton (parno). Tapi, kalau aku, untungnya gak terbayang-bayang dengan hantu yang pernah  ditonton dimovie. Jadi, selalu aja terus penasaran kalo ada film horor baru, pengennya ndak mau melewatkan. Karena menurutku, menonton merupakan kegiatan pasif yang tidak memerlukan banyaknya kinerja otak kita. (*ini teori aku sendiri yang buat :D)

Berbeda dengan menonton, jelas membaca itu membutuhkan otak yang siap menampung dan mengimajinasikan apa yang ada di dalam cerita tersebut. Ini membuatku lebih membekas dan berkesan. Saat kita membaca, kita membutuhkan konsentrasi yang lebih. Karena bukan hanya sekedar membaca tulisan, tapi otak juga akan memviasualisasikan cerita apa yang tertangkap oleh otak. Disinilah daya imajinasi kita diasah. Aku sering kali berhenti pada kalimat-kalimat yang otakku gak bisa "terima" , ehm maksudnya di sini yang susah dicerna atau divisualisasikan. Ini sebabnya aku cenderung lama baca-baca buku yang bahasanya "tinggi" , secara aku orangnya telmi a.k.a telat mikir, lola atau loading lama. Karena itu aku lebih seneng ama novel metropop yang ringan, lugas dan menghibur. :D

Ok, fine. Intinya, membaca itu -buatku- lebih banyak meninggalkan kesan dari pada sekedar menonton. Bukan berarti kalo nonton gak meninggalkan kesan, tapi membaca kesannya lebih lama tinggal di dalam otakku. Aku pernah merasa kecewa pada sebuah film yang diadaptasi dari novel, sebagai contoh film 5cm, karena sebelum film itu direlease aku baca novelnya duluan, pas nonton filmnya langsung banyak adegan dalam novel yang di skip dalam film. Iya, karna bisa saja gak mungkin film yang durasinya kurang lebih 2 jam-an (kalo gak salah), bisa merangkum semua isi novel yang baratus2 halaman. Well, yang ini forgivable lah ya...

Tapi, masih inget film Supernova gak ? yang di angkat dari novel serial pertama Supernova - Kstaria, Putri , dan Bintang Jatuh, itu menurutku yang memerankan sebagai Diva dalam film, -maaf- kurang sesuai dengan karakter Diva yang ada di novel (karena jauh sebelum filmnya release, duluan baca novel). Aku, sebagai pecinta serial Supernova (*eaaaa) cukup kecewa dengan Supernova dalam versi visualnya. Karena Diva -yang aku imajinasikan- bukan sekedar perempuan biasa (gak bisa jelasin pokoknya baca sendiri aja novelnya, and you will know how intelectual she is). Yang ini forgivable sih, soalnya masing2 imajinasi orang kan berbeda ya, jadi mungkin ibu suri (panggilan buat Dewi Lestari), meng-imajinasikan sosok Diva apabila divisualisasikan seperti yang ada di film. Sedangkan aku, (mungkin) berkespektasi lebih tentang sosok Diva ini. 

Well, yang mau aku bilang di sini sebenarnya apa ? 
Tanpa kita sadari ketika membaca, imajinasi kita jauh melebihi diri kita sendiri, maksudnya kita memvisualisasikan sendiri alur, plot, serta karakter yang disajikan dalam novel yang kita baca. Sehingga, apabila sang author mencoba memvisualisasikan karakter dalam tokoh nyata, apabila tidak sesuai dengan yang kita imajinasikan ini akan membuat kita merasa kecewa. Ini wajar saja, bukan big problem kok. Karena masing-masing dari kita memiliki imajinasinya sendiri.

Well,,, jadi, pesan yang ingin aku sampaikan di sini adalah.... buat kamu yang kurang suka membaca, cobalah untuk mencoba membaca apapun itu, misalkan dimulai dari buku-buku bacaan favorit (kalo aku sih novel). Dan rasakan sensasinya, bagaimana kamu ikut masuk ke dalam cerita dan menyaksikan apa yang terjadi dalam cerita.
Selamat mencoba ^_^




Tidak ada komentar:

Posting Komentar