Mendung
semakin pekat, malam semakin tidak bersahabat, lantunan nyanyian sang
angin malam mulai membisikkan badai, butiran air dari sang mata
langit berjatuhan menjadi bulir-bulir yang semakin membesar dan
rapat. Hujan.
Aku
termenung disamping jendela kamarku, kubiarkan sedikit terbuka dan
hujan diluarpun ribut ingin masuk melalui celah-celah jendela. Langit
seolah mengerti kegundahan hatiku. Seharusnya aku lebih bisa
menerima kenyataan kalau ternyata Reno sama sekali tidak tertarik
kepadaku. Aku harus cukup tahu diri. kalau memang Reno harus memilih,
tentu bukan aku jawabannya. Masih banyak yang lebih baik di luar
sana. Ah, basi ! Aku sedang tidak mau mendengar kata-kata bijak itu.
Aku
biarkan lamunanku jauh melayang entah sampai ke negeri antah
berantah. Jauh, fantasiku terlalu jauh. Aku tarik diriku dari
lamunanku dan aku tahu, aku masih duduk termenung disamping jendela
kamarku. Sebaiknya aku kembali ke duniaku, dunia yang penuh dengan
ambisi, dunia yang penuh dengan kompetisi, dan dunia yang dulu ada
sebelum Reno ada dalam hidupku.
Sepertinya
aku harus kembali,,,,,
Ponselku
berbunyi, Michale Buble – Love iring favoritku terdengar memenuhi
ruangan kerjaku. Tampak dilayar kaca sebuah panggilan dari “Manusia
Planet” , aku biarkan terus Michale Buble bernyanyi sampai akhirnya
ponsel itu diam, baru aku menyentuhnya dan meyakinkan diri kalau yang
baru saja telfon adalah Reno.
Setelah
perbincangan itu, aku mundur perlahan dari dunia Reno. Aku mulai
pura-pura sibuk dihubungi, pura-pura banyak acara, pura-pura tidak
ingiin makan siang dengannya, pura-pura tidak mau dijemput, dan
kepura-puraan lain yang aku lakukan selama ini hanya untuk menghindar
dari Reno. Maaf Reno.....
Ini,
kali keduanya aku benar-benar jatuh cinta kepada seorang pria.
Sebelumnya kepada Yoga yang tak pernah tersampaikan , dari cinta
monyet sampai sekrang ini. Dan ini, aku dipertemukan dengan Reno
dengan cara yang sungguh singkat dan tak pernah aku bayangkan
sebelumnya akan ada pertemuan seperti itu dalam hidupku.
Memang,
Tuhan selalu punya caranya sendiri untuk mepertemukan seorang yang
berjodoh....
Jodoh ?
Aku rasa akan ada pertemuan aneh lagi setelah ini. Aku tak yakin akan
berjodoh dengan Reno, jangankan berjodoh, mencoba menjalin hubungan
sebagai sepasang kekasih saja tidak.
Sejak
itulah intensitas pertemuan kami drastis berkurang. Aku yang kembali
dengan segudang kesibukanku, dan Reno? Entahlah,,,sudah lama kita
tidak pernah komunikasi lagi. Mungkin Reno benar-benar hanya
sepenggal kisah yang datang dalam cerita hidupku, hanya sebagai orang
yang datang dan pergi begitu saja tapi membekaskan sebuah rasa yang
berbeda.
Mendung
di hatiku semakin pekat, hujan deras sepertinya tak bisa lagi di
tahan. Aku biarkan hujan itu membasahi seluruh hatiku, tak terlihat
dari luar, hanya ada senyum kamuflase yang menutupi apa yang
sebenarnya terjadi.Hujan itu, karena ada rasa rindu yang besar
ditahan dan tak tersampaikan. Aku merindukan saat-saat singkat
bersama Reno. Aku merindukan bercanda dengannnya, bertukar pikiran
dengannya, bercerita hal-hal gila bersamanya.
Genap
sebulan sudah aku menghilang dari kehidupannya, pun Reno benar-benar
menghilang dari hidupku. Kalaupun bertemu mungkin kita sudah tak
seperti dulu lagi. Dan ternyata pertemuan itu kembali terjadi, di
tempat pertama kali kita bertemu, di tempat favoritku. Kalau saja aku
tahu akan pertemuan itu lagi tak akan aku pergi ke cafe sore itu.
Seperti
tak percaya apa yang ada dihadapanku, aku melihat sesosok Reno sedang
asik berbincang dengan seorang gadis manis, berambut panjang, dan
berparas elok. Sungguh, seperti yang terjadi di sinetron-sinetron,
atau di film-film drama lainnya, kejadian yang membuat tokoh
Protagonis bisa menjadi tokoh Antagonis seketika ketika hal buruk
terjadi dalam ceritanya.
Aku
mematung, kaki terasa berat melangkah. Apa yang terjadi, kakiku
seperti memaku di tempat aku berdiri saat itu, di depan pintu tepat
cafe itu. Ingin sekali berputar arah dan berbalik berlari
sekencang-kencangnya dan sejauh-jauhnya dan tak akan kembali lagi.
Tapi sayangnya, Reno terlanjur melihatku ketika itu, tak mungkin aku
berbalik arah dan pergi, itu sama aja aku kalah.
Aku
kuatkan hatiku, aku yakinkan padanya kalau semua akan baik-baik saja.
Aku tahu ada yang tercabik-cabik rasanya di dalam, hujan semakin
pekat didadaku, perasaan rindu yang dalam itu terbayarkan dengan luka
yang amat sangat dalam. Kenyataan yang sama sekali tak pernah aku
harapkan. Tapi,,, beginilah adanya....
Aku
lunakkan lidahku yang kelu, untuk menyapa dua orang yang ada di
hadapanku.
“Hallo.....”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar