Jingga
Senja yang mulai
menghilang
jingganya pun mulai
memudar
barganti oleh sang langit
gelap
Tapi,,,apa gerangan yang
sedang kau renungkan
Apa pula yang sedang kau
ragukan
Bukankah langit yang akan
selalu mengenang
Bagaimana saat itu kita
saling memandang
Aku mengerti apa yang
sedang kau risaukan
Aku juga paham apa yang
sedang kau rindukan
Nyanyian sang alam
Dekapan nyaman dari tangan
sang bumi
sapaan hangat sang
mentari
Tapi,,,
kini tak pernah kau
rasakan lagi,,
bahkan engkau pun sudah
sangat lupa
bagaimana ketika itu
burung camar menari menantikan sang jingga.
Part 1
Ribuan masa yang lalu,
“Rena,,,lari,,sini
jangan sampai ke tangkap pak satpam!,”
“ah,,cemen lu
Ren,,segitu aja kagak berani,,,!”.
“Lem nya yang banyak
biar gak bisa lepas...,,ahahahha...”
------ Tawa itu....-----
Kita hanya anak remaja yang
tanpa dosa mengusili satpam sekolah saat beliau mulai
terkantuk-kantuk di pos jaganya. Melepaskan topi penutup wajahnya
yang sedang tidur dan meletakkan petasan di bawah kursinya. Belum
lagi kejahilan di kelas yang sering kali kami lakukan , seperti
menyembunyikan semua kapur tulis di kelas sehingga para guru tidak
bisa menulis di papan tulis, meletakkan lem di kursi, menyembunyikan
baju olah raga teman, mengunci temen di kamar mandi, corat-coret
tembok (untuk yang satu ini partner usilku itu memiliki keahlian yang
lumayan dalam menghasilkan hasil karya di dinding kelas kami, ya
meskipun akhirnya kena hukuman juga).
“Suatu saat lu akan
mendapat penghargaan untuk hasil karya ini ,”kataku
sambil menepuk pundaknya dengan mata masih terkagum-kagum
dengan hasil gambarnya.
Sekarang ribuan masa itu
hanya akan menjadi kenangan kenakalan kami semasa kecil. Sering kali
kebodohan yang pernah kami perbuat di masa lalu membuat aku
terkekeh-kekeh sendiri. Kok bisa kami melakukannya. Tapi kenakalan,
kejahilan, keusilan, dan partner jahilku itu pun menghilang. Dia
Pergi.
Hari itu,entah tahun
keberapa aku tak pernah melihatnya lagi, apalagi saling bertemu dan
temu kangen dengannya ,komunikasi lewat telfon pun tidak. Sebenarnya
aku ingin sekali menghubunginya kalau saja aku tahu nomer telfonnya.
Namanya Yoga, satu-satunya
anak cowok yang mau berteman denganku. Dia juga yang selalu
“ngomporin” aku tiap kali aku akan melakukan misi perjahilanku.
Ahahhahaha.....Yoga, dimana kamu sekarang? Panggilku dalam hati. Ada
kesan rindu dibalik itu.Iya, aku rindu kamu Yoga.
Terakhir kali aku bertemu
dengannya ketika kita sama-sama ke acara Prompt Night yang diadakan
sekolah kami dimasa putih abu-abu. Setelah malam itu Yoga menghilang.
Nomernya tidak lagi bisa dihubungi, aku coba cari ke rumahnya
ternyata Yoga dan keluarganya sudah pindah ke luar negeri. Aku
mencoba bertanya ke beberapa tetangganya, tapi tak ada yang tahu
alamat tempat tinggal Yoga yang baru. Masih di Asia kah, atau di
Eropa? Entah dimana kamu sekarang yang pasti aku tak bisa melihatmu
lagi.Sama sekali tak habis pikirku, kenapa Yoga menghilang tanpa
memberi tahu aku sebelumnya, bahkan obrolan yang menjurus kalau dia
mau pindahpun tidak. Kenapa mendadak? Kenapa harus begini ? Kenapa
gak pamit ? Kenapa,,,, kamu pergi?
Sejak empat tahun yang lalu,
perubahan pada diriku sungguh sangat drastis. Aku yang periang, yang
usil, hyperaktif,suka mencari perhatian orang dengan kejahilanku,
mendadak menjadi sangat pendiam, penyendiri, dan cuek. Keluargaku,
teman-temanku, cukup bersyukur dengan perubahan sikapku ini. Tapi
aku, aku sendiri tidak tahu apakah harus sedih atau harus senang,
tapi yang pasti ada satu orang yang mampu membuatku seperti ini. Itu
kamu Yoga. Kamu di mana?
Ribuan hari berlalu, ribuan
kejadian pun terjadi tanpa ada Yoga. Kalau saja ada hal yang bisa
membuatku melupakannya dalam hidupku ini, aku akan melakukannya. Tapi
sayangnya, hanya Yoga yang bisa membuatku merasa berbunga-bunga,
berharga, dan jatuh cinta. Ya, jatuh cinta, karena aku belum pernah
jatuh cinta lagi kepada cowok lain selain Yoga.
Yoga sahabatku, yoga
partnerku, Yoga juga cinta pertamaku, dan cinta pertamaku tak pernah
tersampaikan kepadanya, karena dia terlanjur menghilang bak ditelan
bumi. Lalu kepada siapa aku harus menyampaikan rasa ini?
Usiaku kini sudah kepala
dua, sudah lebih dari nama sebuah Bioskop yang terkenal, tapi aku
masih belum memikirkan untuk berumah tangga. Karirku yang cukup
lumayan, wajahku yang tak begitu jelek (*katanya), dan pola pikir
yang kadang jauh lebih dewasa dari perempuan-perempuan seusiaku,
seharusnya membuatku lebih mudah menemukan jodohku. Tapi lagi-lagi,
jodohku buatku tetapakan menjadi misteri yang terindah. Kepada siapa
akhirnya kapal pencarian ini akan berlabuh. Tapi yang pasti aku
berharap akan melabuhkan kapal pencarian ini di dermaga yang tepat.
Anyway, perkenalkan, namaku
Rena, perempuan tulen asli dari jawa, keras kepala, pendiam, dan
sedikit menyebalkan. Dan ini tentang ceritaku :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar