Di
pertemukan Sajak Singkat
Gadis
itu,,,
aku
sempat bertemu dengannya beberapa waktu lalu.
Kita
tidak sengaja bertemu di satu sudut toko buku langgananku.
Kita
memilih buku yang sama, seleranya bagus juga...
Dia
pecinta sajak juga ternyata...
Hari
berikutnya,
kita
bertemu di tempat yang sama,
masih
tentang bacaan yang sama pula,
Aku
duduk bersamanya dengan dua cangkir di meja.
Dia
penikmat kopi juga. Batinku.
Hanya
saja aku masih enggan untuk menyapanya.
Sore
itu berlalu dengan kebisuan diantara dua anak manusia yang enggan
untuk saling menyapa.
Keesokan
harinya,,,
Lagi-lagi
kita duduk di tempat yang sama.
Buku
yang dia baca, minuman yang dia pesan, dan posisi duduk yang nyaris
mirip denganku.
Aku,
seperti melihat diriku sendiri dalam chasing yang berbeda.
Kali
ini , aku memutuskan untuk menghampirinya dan mengajaknya ngobrol.
Namanya
gadis, tinggal tak jauh dari toko buku itu, makanya dia sering datang
ke toko buku itu.
Kita
berbagi cerita, kita banyak bertukar pikiran.
Satu
jam, dua jam, hampir tiga jam kita berbincang.
Selama
itu, kita tak menghiraukan orang-orang yang berlalu-lalang di depan
kita, memandang dengan penuh heran.
Pikirku,
mungkin mereka kagum melihat kita berdua.
Dua
orang gadis cantik yang sedang bercengkrama.
Obrolan
kita terhenti,
karena
langit sudah mulai gelap,
Gadis
memberiku sebuah buku , kumpulan sajak-sajak romantis.
Katanya,
sebagai tanda persahabatan yang manis.
Baru
kali ini aku merasa cepat akrab dengan teman baru,
dan
dia tak sungkan menjadikanku seorang sahabat baru,
Terima
kasih wong ayu.... :)
Aku
mengantarkan Gadis sampai ke rumahnya dengan motor matic ku.
Rumahnya
tidak jauh dari toko buku langganan ku,
Rumah
yang cukup besar dan megah,
berhasil
membuatku terperangah.
Hari
itu berlalu dengan sangat cepat,
karena
hariku kini tak membosankan,
aku
tak lagi sendiri, karena ada Gadis,,,,
sahabat
baruku,,,
Sore
itu,,,
Tidak
seperti biasa, aku tak melihat Gadis di toko buku.
Gadis
kemana ya ? Padahal dia kan yang lebih rajin datang ke toko buku.
Sampai
menjelang malam, Gadis tak juga menampakkan batang hidungnya.
Akhirnya
aku memutuskan untuk mendatangi kediamannya.
Sampainya
di depan gerbang rumah Gadis,
aku
melihat beberapa orang sedang mengenakan pakaian berkabung,
Itu
seperti akan mengadakan tahlilan di rumah duka.
Tapi,
siapa yang meninggal?!
Aku
memberanikan diri untuk melangkahkan kakiku memasuki gerbang rumah
mewah itu.
Ibu,
permisi,,,Gadisnya ada?”, tanyaku kepada seorang ibu di depan pintu
rumah.
“Gadis,,,,?”,
tanyanya sedikit terkejut.
“Iya
bu, Gadis....”, tanyaku kembali.
“Kamu
siapa nak? Kenapa mencari Gadis? Apa kamu tidak tahu nak? Gadis sudah
meninggal , hari ini 7 harinya dia. Maafkan Gadis kalau Gadis anak
saya banyak salah.”Ibu itu bercerita tanpa aku meminta dengan
suaranya yang bergetar.
Tujuh
hari yang lalu?
Lalu,
kemaren itu siapa?
Aku
mengobrol dengan siapa selama ini?
Aku
bercanda dengan siapa beberapa hari ini?
Aku
masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat,
Tapi
Ibu Gadis meyakinkan aku dengan segala ceritanya.
Gadis
sahabat baruku,,,
Benar-benar
sudah tiada,,,
Gadis
yang aku temui di toko buku itu mungkin “hatinya” Gadis yang
masih hidup,
gumpalan
air melewati pipiku dan meninggalkan bekas, basah.
Tiba-tiba
Aku ingat sesuatu di dalam tasku,
ada
buku yang diberikan Gadis kepadaku beberapa waktu yang lalu,
Aku
segera membacanya, lembar demi lembar halaman buku itu,
di
pertengahan buku itu aku menemukan sepucuk surat warna merah hati,
wangi,
dan dihiasi pita di ujung amplopnya.
Aku
buka amplop merah hati itu,
Di
belakang amplop tidak tertera untuk siapa surat itu ditujukan,
Jadi
aku fikir aku boleh untuk membacanya.
Bait
demi bait aku baca surat itu,
Sajak
demi sajak yang aku baca sungguh dalam dan sangat indah,
Ada
arti dibalik puisi yang Gadis tulis itu,
Itu
surat cinta yang dituliskan gadis untuk seseorang,
tapi
tidak tahu siapa?
Aku
melanjutkan membaca lagi barisan kata-kata yang indah itu.
Sampai
aku menemukan satu nama yang aku baca.
P.E.T.R.A
Bila
puisi itu dibaca dari atas ke bawah, dan setiap huruf pertama dari
sajak itu menyusun sebuah nama.
Petra,
seorang pria salah satu pengunjung di toko buku langganan kami juga,
ternyata
diam-diam Gadis menyimpan perasaan kepadanya.
Tidak
pernah terlihat sedikitpun dari rona wajah Gadis selama ini, ya
meskipun aku baru mengenalnya dalam hitungan hari.
Gadis
belum sempat menyampaikan perasaannya kepada PETRA,
Dia
hanya menyimpannya dalam hati tanpa ada yang tahu,
sampai
dia tak lagi terlihat sekarang,
sang
pujaan hatinya tak pernah mengetahui jika ada seorang Gadis yang rela
meluangkan setiap waktunya untuk sekedar melihatnya, pun sampai akhir
hayatnya.
Tersenyumlah
Gadis,,,,, :')
Kini
cintamu abadi,
Dalam
dekapan sang Illahi,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar