cerittanita
Januari 22, 2014
2 Comments
EZA
(Dalam
dimensi yang tak tersentuh)
Pernah merasakan jatuh cinta pada
pandangan pertama? Kalau istilah kerennya she “love in First sight” , perasaan
berbunga-bunga, senyum-senyum sendiri, tiap hari jadi semangat, pokonya indah
deh :D udah pernah kan pastinya, nah mungkin perasaan ini yang sedang dialami
Eza ketika dia bertemu dengan makhluk tampan nan rupawan, Wira. Dan pertemuan
sore itu membuat keduanya tahu bahwa hidup mereka tidak akan pernah sama
seperti sebelumnya.
Wira seorang cowok bertubuh
atletis , proporsional tinggi, sempat menarik perhatian Eza yang dibuat
tertegun beberapa saat ketika melihat sosok Wira di depannya sedang berenang
dengan lihainya.
“Akkkkkkhhh,,,,keren banget tuh
cowok,namanya siapa ya?”,kata Eza dalam hati.
“Pengen kenalan she, etapi masa
iya cewek duluan nyamperin,ahh, tapi kapan lagi cobak ,ketemu cowok jago
renang, berbadan atletis, keren pula ! “, pujinya dalam hati.
Otak Eza mulai menari-nari
berimajinasi, mencari cara bagaimana agar bisa berkenalan dengan cowok yang
membuatnya sempat mematung beberapa detik itu. #Tssaahhhhhhh !
Wira yang sedang asik berenang
tidak menyadari dirinya tengah diikuti oleh mata seorang gadis dipingir kolam
yang sedang mencari cara berkenalan dengannya.
Akhirnya setelah mengumpulkan
keberaniannya, Eza melangkah tanpa ragu menghampiri Wira yang masih terus
berenang.
“Mas atlet ya, renangnya bagus.”
Eza mulai menarik perhatian Wira
Wira yang sedikit terkejut karena
kedatangan Eza hanya melemparkan senyum manis kepada gadis itu tanpa membalas
pertanyaan darinya,lalu Wira pun melanjutkan renangnya. Karena rasa penasaran,
Eza pun mengikuti Wira dan beranang di belakang mencoba mengejar Wira yang
mulai berenang menjauh darinya.
“Kok menjauh mas, aku cuman mau
kenalan aja kok, namaku Eza, nama kamu siapa?” .”Ehm, aku Wira”, dengan wajah
sedikit malu dan rasa tidak percaya ada cewek manis yang ngajak kenalan di
tempat seperti ini. Duh !
Dan akhirnya keduanya pun mulai
saling membicarakan hal-hal yang menyenangkan, mulai dari hobi, sekolah ,
keluarga dan bertukar nomer telfon. “Yeahhhh,,, I get it.”kata Eza dalam hati.
Awal dari petukaran nomer telfon
inilah kedekatan mereka mulai terjalin setelah perkenalan sore itu. Mulai dari
sekedari saling mengirim pesan singkat sampai saling bertelfon berjam-jam, hem
indahnya. :D
Ya, perkenalan yang cukup singkat
dan pendekatan yang tidak begitu lama ini memunculkan perasaan lain di hati
Eza, “....perasaan apa ini...? uhm,, mungkin hanya perasaan sekedar suka saja,”
gumamnya dalam hati Sangkalan Eza terhadap perasaannnya ini semakin hari
semakin besar dan mematahkan logikanya. Fix, Eza jatuh cinta kepada Wira !
Eza,,,gadis simple, suple , rame
, ceria, kadang pula absurd,berimajinasi tinggi, dan kreatif ini juga termasuk
cewek yang sulit jatuh cinta. Tapi setelah bertemu dengan Wira, What happend?
Wira succesed to makes Eza
falling in love with him. Tssaahhhhhhhhhhhhhhh !!!
Eza yang tidak bisa menahan
perasaan yang semakin hari semakin menggunung ini akhirnya memutuskan untuk
mengutarakan perasaannya kepada Wira.
“Apa? Kamu mau nembak Wira?
,”sontak Dara kaget mendengar niatan Eza.
“Iya ra, abis,,,dia gak
nembak-nembak aku padahal udah deket banget gitu selama hampir satu bulan ini,
ya,,meskipun cuman lewat hape.” kata Eza mencoba meyakinkan Dara.
“Iya, tahu..tapikan kamu cewek
za, masa iya cewek duluan yang nembakduluan?gengsi dong.”protes Dara
“Ya ampun, gender banget she kamu
ra,,ahahaha,,,lagian kalo nurutin gengsi gak bakal tuh perasaan aku bisa
tersampaikan. Yang pentingkan aku berusaha mengungkapakan perasaan ke dia Ra,
sebelum aku terlalu terlambat untuk bilang ke dia, gak peduli apa jawabannya
ntar.” tiba-tiba hening .
“Ishhh,,,udah neh udah males kalo
udah mulai melow gini,,ehehe,,,aku selalu dukung semua yang bisa membuat kamu
bahagia Za.” kata Dara sambil memeluk sahabatnya ini.
Ini neh yang membuat Eza tidak
bisa jauh dari sahabatnya ini.
Yups, dukungan dari sahabat udah
ditangan itu seperti kekuatan yang besar bagi Eza untuk menyampaikan
perasaannya kepada Wira. Dan sore itu,....terdengar ringtone ponsel Wira,
dengan sigap Wira mengambil ponsel yang tergeletak di meja komputernya.
“Halo....!”, sapa Wira.
“Iya halo Wira, selamat
sore.....”balas suara yang di seberang,
“Hay za, sore juga, lagi apa
kamu?”, tanya Wira kepada Eza
Dan seperti biasa keduanya
terlanrut dalam permbicaraan yang akrab dan hangat. Entah kenapa satu dan yang
lain tidak merasa bosan walau sering kali mereka bertelfon berjam-jam dan
menanyakan hal yang sama setiap harinya.
“You know boy, the smallest
something you do it can take up the most room in my heart,”kata Eza dalam
hati sambil mendengarkan Wira bercerita tentang kegiatannya hari itu. Smapai
pada akhirnya mereka terperangkap dalam pembicaraan yang menjurus ke hati. Duh
!
“Hello, za, kok diem? Kamu masih
di sana kan?”,suara Wira membuyarkan lamunan Eza.
“Eh, iya mas,ehehe,uhm aku mau
bicara sama kamu.” kata Eza terbata-bata.
“Etdah,,kita udah ngobrol hampir
satu jam Za, emang ini gak bicara?”,tanya Wira dengan nada bercanda.
“Bukan itu mas, aku mau bicara
serius tentang,,,,uhm,,,perasaan,,,perasaanku kepadamu,,,sebenernya aku mulai
suka sama kamu mas.”kemudian keduanya terdiam dan hening.
Perasaan Eza yang bercampur aduk
antara lega sudah menyatakan perasaannya tapi juga merasa cemas serta penasaran
menunggu respon dari Wira yang sedari tadi menyimak pernyataan Eza hanya bisa
tersenyum manis dan bilang, “ Ngomong langsung dong, masa cuman lewat telfon?”.
Deg....!!!
Perasaan Eza yang semakin tak
menentu, terselip rasa takut, iya takut, takut ditolak. Dan setelah berpikir
panjang Eza memutuskan untuk bertemu di tempat yang sama saat mereka pertama
kali bertemu, hari sabtu pukul 10.00 siang.
Sabtu, pukul 10.00 siang
Dengan setelan kaos polos merah
jambu yang dipadukan dengan syal kotak-kotak biru, plus skiny jeans yang
dikenakan Eza siang itu membuatnya terlihat suple tapi tetap casual, rambut
panjangnya yang sengaja dibiarkan tergerai menambah ayu wajahnya.Eza. Jelas
nampak kerisauan diwajah Eza ketika dia mulai memasuki parkiran kolam renang
Dayu, tempat di mana pertama kali dia bertemu Wira . Sambil melirik jam tangan
yang dikenakannya , Eza baru sadar kalu ternyata dirinya sudah terlambat dari
jam yang telah disepakati.
“Duh, telat , pasti mas Wira
sudah menunggu lama.” gumamnya sambil merapikan rambutnya yang sedikit
berantakan.
Di kolam renang itu memang
disediakan temnpat sejenis kafe kecil yang diperuntukan bagi pengunjung yang
sekedar mengantar keluarganya berenang atau sekedar mencicipi kopi yang memang
terkanal nikmat di sekitar daerah Dayu. Tidak terlalu lama mencari-cari di
dalam kafe, Eza sudah bisa langsung mengenali Wira yang tengah duduk sendiri di
sudut kafe, tapi berbeda dengan Eza,Wira terlihat lebih tenang dan santai.
Dengan kemeja kotak-kotak dan celana jeans yang terlihat apik di badan Wira ,
membuat Eza lagi-lagi mematung sebelum akhirnya menghampiri Wira.
“Hai, Eza, sini !', panggil Wira
kepada Eza sambil melambaikan tangannya.
“Eh, hay, iya !”, balas Eza
sambil berjalan menghampiri Wira.
“Sudah lama?', tanya Eza
“Baru kok, kamu mau pesan apa?”,
tanya Wira sambil menyodorkan daftar menu kafe.
“Aku cappuccino aja”, balas Eza
sambil sesekali mencuri pandang kepada Wira.
“Siip sudah aku pesankan, tinggal
menunggu pesananmu tuan putri”, canda Wira.
“Ehheheheh,,iya makasih mas
Wira,,,,uhm,, mas, kamu tahu kan tujuan kita kemari?”,Eza membuka pembicaraan
penting ini.
“Ya tahulah za,,,sesuai yang di
telfon kemarin kan?.
“Iya, jadi bagaimana kamu mau
tidak jadi pacarku? Kalau kamu terima aku cium keningku ya, kalau enggak kamu
tampar pipiku”, kata Eza dengan penuh H2C (Harap-harap Cemas).
Pilihan yang sulit bagi Wira tapi
dia sudah tahu jawaban yang akan diberikan kepada gadis yang sekarang sedang
berada dihadapanya sambil memejamkan mata. Ya, dalam penantian jawaban yang
terasa lama ini padahal hanya beberapa menit saja seharusnya tapi benar-benar
membuat Eza serasa dalam penantian sebuah masa depannya, entahlah, ciuman kah
atau tamparankah yang akan diberikan Wira kepadanya tapi Eza sudah
mempersiapkan hal terpahit sekalipun. Dan yang terjadi.......?!
Beberapa menit berselang, Eza
merasakan sesuatu menyentuh keningnya, itu seperti sebuah ciuman. Ya, itulah
jawaban Wira, dia menerima Eza menjadi pacarnya. Yeeahhh,,,, seketika Eza
membuka matanya dan merasakan penantiannya selama ini mendapatkan jawaban yang
memang dia inginkan... “Thank's God !Finally,,,,”, ucapnya dalam hati.
== | | ==
LDR adalah jalan yang mereka
pilih, karena memang keduanya bertempat tinggal di kota yang berbeda. Saat itu
Wira bertempat tinggal di daerah Sragen, Jawa Tengah, sedangkan Eza tinggal di
sebuah kota yang bernama Purjo. Dua bulan sudah mereka pacaran hanya melalui
telfon dan sms. Menghabiskan waktu bersama ketika semua aktivitas masing-masing
mulai kosong, dan itu hanya melalui telfon atau sms. Meskipun jarak yang
membuat mereka jauh jasmani, tapi rohani mereka dekat dan terus saja dekat
hingga keduanya merasa saling membutuhkan satu sama lain. Ya, lagi-lagi cinta
yang menguatkan keduanya. Mungkin Eza tidak akan bisa menjalani LDR dengan
orang selain Wira, begitu juga sebaliknya. Sampai pada akhirnya......
“Ketemu yuk,,,aku kangen mas,
pengen ngobrol berdua,,,.”ajak Eza kepada Wira
“Boleh juga tuh? Kapan?”, tanya
Wira
“Nanti waktu dan tempatnya aku
sms ya mas,,,oke?”, kata Eza
Tiga hari berikutnya mereka
akhirnya bertemu di tempat yang telah ditentukan oleh Eza sebelumnya. Singkat
cerita, mereka bertemu di sebuah tempat wisata alam sekaligus restourant di
daerah Dayu, Jawa Tengah. Keduanya bercengkrama hangat layaknya sepasang
kekasih yang sudah lama tidak bertemu hingga akhrinya mereka bersama saat itu.
Kebersamaan yang tidak akan pernah mereka lupakan, menghabisakan waktu bersama,
melakukan hal-hal yang mereka suka, berkeliling-keliling kota, dan berujung
pada perpisahan diujung mata senja.
Waktu yang bisa mempertemukan
mereka, tapi waktu pulalah yang menentukan perpisahan mereka. Rasanya baru saja
mereka bartemu dan bercanda, tapi waktu serasa begitu cepat berlalu ketika
mereka bersama. Dan, senjapun mulai menampakkan seringai jingga di langit-Nya,
itu tandanya malam akan segera datang dan mematikan sang surya.
Eza harus segera kembali ke
kotanya karena besok harinya masing-masing dari keduanya harus kembali
menjalani aktivitas masing-masing. Iya, mereka LDR lagi.
== || ==
Sebulan kemudian.....
Eza yang beberapa bulan lagi
lulus dari SMA, mulai mempersiapkan diri mengikuti UMPTN yang diadakan di sekolahnya.
Dan dari hasil UMPTN itu , akhirnya dia diterima disalah satu Universitas di
Jogjakarta, UNY. Satu mimpinya mulai terwujud yaitu bisa kuliah di kota
impiannya. Tentu saja kabar gembira ini langsung dia beritahukan kepada Wira,
yang ketika itu masih menunggu hasil dari UMPTN yang dia ikuti di sekolahnya.
Karena harus kuliah di
Jogjakarta, yang memang berjarak jauh dari tempat tinggalnya, Eza memutuskan
untuk sewa kamar kos di dekat-dekat kampusnya dan tentulah dia akan sangat
jarang untuk mengunjungi Wira di kotanya, Sragen. Dan, lagi-lagi Eza memutuskan
untuk bertemu dengan Wira di Sragen, sebelum akhirnya Eza pindah ke Jogjakarta.
“Mas, nanti aku akan jarang
mengunjungimu lho....”,kata Eza dengan suara parau...
“Iya za, gak apa-apa, nanti aku
yang akan mengunjungimu...”, kata Wira menenangkan.
“Iya mas janji ya....! Oiya mas,
boleh minta sesuatu gak?”, pinta Eza.
“Apa za?”,kata Wira
“Boleh gak aku minta jaketmu
ini,,,,gak akan aku cuci sebelum kita bertemu lagi.”
Sambil tersenyum Wira melepas
jaket hijau yang dia kenakan ini, dan memakaikannya di badan Eza. Hangat yang
Eza rasakan, pelukan itu tidak akan pernah dia lupakan dan selalu menjadi hal
yang membuatnya rindu kepada Wira. Di satu sisi, Wira yang entah kenapa saat
itu merasakan kerisauan yang lain di hatinya enggan melepaskan pelukannya.
Seperti sebuah firasat, tapi entahlah, Wira mengabaikan perasaan itu, dia tidak
ingin membuat Eza semakin risau setelahnya.
“Ini hanya sementara sayang, kita
akan bertemu lagi.” bisik Wira kepada Eza.
Keduanya tidak pernah tahu, bahwa
hari itu adalah terakhir pertemuan mereka.
Dan hari itupun datang,,,,
Eza, mulai dengan semua
aktivitasnya sebagai mahasiswa baru di UNY. Semuanya berjalan seperti biasa.
Namun komunikasi dengan Wira mulai tidak lancar seperti biasanya. Baru seminggu
berlalu, Wira merasa Eza mulai berubah sikapnya kepadanya. Karena Eza yang mempunyai
segudang kesibukan sehingga waktu untuk sekedar memberi kabar kepada Wira pun
tidak ada. Wira yang saat itu mulai merasakan perubahan sikap Eza yang drastis
mencoba berusaha tetap berfikir positif.
“Ah, mungkin dia sibuk dengan
kuliahnya.” Gumamnya dalam hati sambil memandang handphone dan selalu berharap
segera ada balasan pesan dari Eza.
Dan,sesuatu buruk terjadi pada
Wira yang membuat keduanya benar-benar terpisah. Dari sinilah awal perpecahan
itu terjadi.
Tepat sepuluh hari tanpa kabar
dari Eza, Wira kehilangan hanphonenya. Semua nomer dan data-datanyapun ikut
hilang. Pun, Wira tidak hafal nomer Eza, sehingga dia tidak bisa memberi kabar
bahwa hanphonenya hilang. Wira mencoba menghubungi friendster Eza, tapi tidak
ada respon juga. Fix ! Wira hilang kontak dengan Eza selama Enam bulan.
Enam bulan berlalu, tanpa kabar
dan interaksi dengan Eza, membuat Wira membulatkan tekad untuk kuliah di
Jogjakarta, tapi bukan di UNY. Wira berharap dengan keputusannya ini, dia bisa
menemukan Eza di sana. Tapi hasilnya nihil !. Wira mencoba mencari Eza di
kampus UNY dan tidak satupun orang yang mengenalnya, karena mungkin Wira yang
tidak begitu banyak teman di UNY. Sehingga tidak banyak informasi pula yang dia
dapat. Tiba-tiba satu perasaan kekecewaan muncul di hatinya. “Bodoh, kenapa
dulu aku tidak bertanya di mana daerah Purjo itu dan kuliah di UNY ambil
jurusan apa.” Katanya dalam hati, kesal.No Hope !
Wira tidak berhenti mencari-cari
keberadaan Eza, sampai pada akhirnya dia mencoba kembali mencari melalui frendster
dan FB. Ketika itu, FB masih belum begitu booming dan hanya beberapa orang
tertentu yang memiliki akun tersebut, termasuk Wira. Dia mencoba mencari-cari
namanya di akun tersebut, tapi tetap saja hasilnya, NIHIL. Semenjak itu Wira
mulai berputus asa dan tidak mencari-cari lagi melalui social media, karena
percuma saja dia mencari-cari sementara keberadaan Eza saja dia tidak tahu.
Setiap minggu Wira mencari Eza di
UNY, berharap ada kejelasan tentang keberadaan Eza waktu itu. Tapi tetap saja,
tidak ada hasil. Dan hari itu hari di mana tepat tiga tahun setelah pamitnya
Eza kuliah di Jogjakarta, dan secara tidak sengaja, ketika dia iseng mengetik
nama Eza dikotak pencarian akun Fbnya, muncul nama Eza. Sungguh, seperti
mendapat satu kejelasan tentang keberadaan Eza. Jelas, Wirapun senang dan
langsung mengirim pesan ke FB Eza. Awalnya Wira sangat senang dan Excited, tapi
setelah dia membaca kronologi di akun FB Eza, dan salah satu postingan Eza
ketika itu....
5 agustus 2010
Setahun Sudah hubungan kami
berjalan
Dengan kerasnya bentuk perjuangan
ini sampai aku dapat bertahan.
Inilah puncak keputus asaanku
Aku berjuang untuk berubah
menjadi lebih baik,tapi ini tak berarti...
Dia, seorang laki-laki yang
begitu lembut, telah dihadapkan pada 2 jalan oleh Tuhan.
Tetap disini, atau melangkah
perg.
Dan dia memilih untuk berjalan
pergi dari hadapanku.
Aku harus mulai paham.
Inilah jalan terbaik yang
ditunjukkan Tuhan.
Akan ku tunjukkan ketabahanku,
akan ku tunjukkan keikhlasanku..
Karena di sini, masih ada cinta
yang megalir.
Deg seketika jantung Wira
berhenti sejenak, seketika itu juga Wira lemas, syok dan nangis. Ternyata Eza sudah
tidak ada. Perasaan yang bercampur aduk, tidak percaya bahwa kenyataannya
Eza sudah berpulang
kepada-Nya Innalillahi wa Innaillaihi Rojiun. Berjuta pertanyaan
berkecamuk di kepala Wira, sebenarnya apa yang terjadi? Kemana Eza selama
ini? Apa yang menyebabkan Eza meninggal dunia.? Pertanyaan yang ingin
sekali dia dapatkan jawabannya.Tangannya yang masih gemeteran mecoba memegang mouse komputer dan
mecari teman-teman Eza yang sekiranya tahu tentang Eza dan berharap
mendapatkan informasi .
Wira, masih dengan pandangan
kosong.
Akhirnya dia menemukan salah satu
foto di album foto Eza, dan di sana ada tag foto satu nama,Dara. Buru-buru Wira
membuka kronologi FB Dara mencoba mengirim pesan singkat ke inbok fb Dara.Tidak
lama berselang Dara membalas inbok Wira yang kebetulan juga sedang ON FB. Wira?
Nama yang tidak asing lagi baginya, pernah dia mendengar tentang Wira dari
sahabatnya Eza, itu sekitar tiga tahun yang lalu. Tapi apakah ini Wira yang
pernah Eza ceritakan? Itu Sudah lama sekali....!
Akhirnya keduanya terlibat dalam
percakapan melalui inbok FB, Wira menanyakan semua pertanyaan yang berkecamuk
di kepalanya selama ini. Dara, dengan perasaan yang sangat berat menceritakan
semua yang dia tahu ketika itu.
Dan, ternyata di sisi lain ketika
itu......
Eza sangat kecewa kepada Wira
yang hilang tanpa kabar dan tanpa satu alasanpun, padahal dia mencoba membalas
semua pesan dari Wira,ya meskipun itu sudah terlambat. Eza berfikir Wira telah
berubah, dengan meninggalkannya tanpa pesan. Pun, Wira tidak mencoba
mendatanginya di UNY ketika itu. Eza yang mulai berputus asa karena tidak ada
kejelasan tentang Wira, mencoba melampiaskannya ke hal-hal negatif. Sungguh
sangat disayangkan, padahal Eza yang tadinya sangat ceria, baik , dan dekat
dengan teman-temannya di kampus justru memendam semua sakitnya sendiri.
Sekalipun dia dekat dengan Dara, tapi tak pernah Eza bercerita banyak tentang
Wira ketika itu, karena membahas tentang Wira seperti menciptakan
luka yang dalam di hati
Eza.
Entahlah, apa yang ada di pikiran
Eza ?Mungkin Putaw, ganja, narkoba , obat penenang , dan rokok adalah sahabat
terbaiknya ketika itu. Karena dengan barang-barang itulah dia merasa bisa melupakan
masalahnya. Setiap hari kerjaannya hanya clubbing dan dugem sampai pagi. Dunia
malam yang mulai dekat dengannya ,membawanya masuk ke dalam lembah
kehancuran. Semua sahabat Eza yang dari awal telah menasihatinya tapi
tidak pernah didengar olehnya, merekapun mulai prihatin akan kondisi Eza ketika
itu.
Hingga pada akhirnya,
perdebatan Dara dan Eza disuatu malam....
“Eza, kamu mau lebih hancur
seperti apa lagi she? Kamu gak sayang ama badanmu, hidupmu, masa depanmu?
Bagaimana kalau keluargamu tahu tentang keadaan kamu saat ini? Kuliahmu,
dosenmu, sahabat-sahabatmu....?”, Dara yang mulai protes dengan keadaan Eza
ketika itu.
“Ra, kamu tuh gak tahu rasanya
ada diposisiku, kamu tuh gak tahu aku....!”. Kata Eza
“ Ya, kamu benar, aku memang
gak tahu kamu, kamu bukan Eza yang aku kenal dulu.” Kata Dara sambil meninggalkan
Eza yang masih menghisap rokoknya. Deg! Kata-kata Dara, mulai dia pikirkan,
tetesan air mata dari sahabatnya mulai dia perdulikan. Mereka bersusah payah
membangkitkannya kembali, tapi kenapa tidak satupun dia hiraukan. Eza menangis,
Eza sadar, Eza menyesal, Eza bertobat. “Tuhan,,,maafkan aku.” tangis Eza dalam
sujud.
Mulai saat itu, Eza
benar-benar bertobat, dia mulai kembali ke jalan-Nya, menata kembali masa
depannya, kuliahnya, juga sahabat-sahabatnya. Eza meminta maaf kepada semua
sahabatnya, tentu saja mereka kembali menerima Eza kembali dengan pelukan
hangat.
“Eza,,,kembali....”, kata Dara
dalam hati sambil memeluk Eza
Yah,,,semuanya kembali seperti
sedia kala, hanya satu yang tetap tidak berubah, Eza tidak jua mendapatkan kabar
dari Wira. Eza melangkah sendiri tanpa Wira, menggapai mimpi tanpa sosok
seorang yang dia cinta. Dia, bertekad untuk melupakan Wira, meskipun masih
besar perasaannya kepada Wira, masih saja
gemuruh rindu memuncak di
hatinya. Tapi dia harus bangkit dan melalui semuanya.
== || ==
Februari 2012
Masa perkuliahan Eza sudah mulai
memasuki masa-masa kerja lapangan , atau biasa yang disebut PKL. Kali ini dia
dan teman kelompoknya mendapat tempat praktek mengajar di daerahnya di Purjo.
Ternyata Purjo yang dia sebut-sebut itu lengkapnya adalah Purworejo.
Februari 2012, pagi itu Eza dan
juga teman-teman kelompok KKN-PKL nya berangkat ke Purworejo untuk melakukan
observasi di sekolah dan selesai setelah observasi , Eza dan teman-temannya
kembali ke Jogjakarta karena masih ada beberapa agenda yang harus mereka
lakukan. Dalam perjalan pulang ke Jogja inilah musibah itu terjadi, motor yang
dikendarai Eza terserempet sebuah mobil , seketika itu pula Eza oleng ke kanan
dan dari arah berlawan datang sebuah mobil yang sedang menyalip dan akhirnya
kecelakaan itu terjadi. Eza meninggal di tempat.
Setelah mendengar semua cerita
dari Dara, Wira hanya bisa mematung, tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan
saat itu, seperti dia tdak ada tenaga, sebelah hatinya serasa tidak berfungsi
lagi. Belahan jiwanya telah berada di alam yang berbeda. Ternyata Tuhan lebih
sayang kepada Eza dari pada Wira dan orang-orang disekitar Eza.
“Sekarang aku benar-benar
menemukanmu Za, setelah sekian lama aku mencarimu”, kata Wira sambal memegangi
batu nisan yang bertuliskan nama Eza.
Satu janji Eza yang selalu Wira
ingat sampai sekarang, “Yank, kalau kita ketemu lagi, aku ingin cium kening kamu
lamaaaaaaa banget.” Kata Eza sambil tersenyum manis.
“Damailah dalam tidur panjangmu
bidadari surgaku, aku akan mengenangmu dalam lubuk hatiku. Nanti aku pasti
akan kembali bersamamu.”
“Ketika komunikasi menjadi
masalah utama, dan kesalahpahaman menghancurkan semuanya, cinta sejati mungkin
hanya sebatas wacana saja”
*Thank's buat Rico (@iconessia )
yang udah memberi kesempatan aku buat nulis cerpen ini :)