*Gladis*
Tak pernah aku bisa memilih kepada
siapa aku akan jatuh cinta, kalau bisa , aku ingin jatuh cinta kepada orang yang tepat, orang yang juga mencintaiku, orang yang hanya
tercipta untukku, orang yang hanya akan memandangku dan tak pernah
berpaling pada perempuan lain selain aku.
Harapan yang hanya akan dan terus
menurus membuatku semakin tak bisa menggunakan logika secara
manusiawi, aku terlampau jauh berimajinasi, membayangkan hal terbaik
yang hanya akan datang padaku setiap hari.
Seperti kutukan cinta dari si cupid
untukku, dia menancapkan panahnya tepat di jantungku dengan
berlumuran cinta yang mematikan. Membuatku nyaris lumpuh dan tak
sanggup lagi berjalan, aku benar-benar sekarat. Cupid, alih-alih
balas dendam padamu, bernafas saja aku butuh alat bantu sekarang.
Karena buncahan amarah dan genangan air mata dipelupuk mata membuatku
tak bisa lagi menampungnya di hatiku yang sempit ini. Aku butuh
udara….
Aku terus berjalan, entah ke arah mana,
yang aku tahu aku hanya akan berjalan sampai aku tak sanggup lagi
berjalan. Sampai pada akhirnya aku akan menemukan setitik cahaya
pengharapan hatiku. Menuntun jalanku yang tanpa arah karena pada
akhirnya cahaya itu akan membuatku memiliki arah, sebuah tujuan untuk
melabuhkan hati di dermaga yang tepat. Tapi aku lelah sekarang,
rasanya ingin berhenti saja. Meski aku belum menemukan “tempatku”.
Terima kasih untuk kamu yang telah
membuatku berada disetangah mati dan setengah hidup. Aku jadi
mengerti, menyerahkan rasa sepenuhnya kepada hati yang salah hanya
akan berakhir tragis. Aku pun jadi sadar diri, tak pantas aku
mengkambinghitamkan mu atas kesedihanku ini, karena caraku mencintaimulah
yang salah yang membuatku berakhir di sini. Di jurang kepedihan,
karena kesedihanku yang mendalam ini tak bisa aku tangiskan.
Tiga bulan berlalu, tertatih aku
menjalani hari, mengumpulkan sisa-sisa semangat hidup ini. Sudah
cukuplah aku berada di antara hidup dan mati selama ini. Berkali-kali
aku mencoba mengulum sakit ini sendiri dengan diiringi rasa getir
obat-obat dosis tinggi. Ya, obat tidur dengan dosis tinggi menjadi
pilihan makan malamku setelah susu dan roti. Berkali-kali pula aku keluar masuk ICU.
Melihat keadaanku yang tak tertolong
membuat keprihatinan di diseluruh anggota keluargaku, semua orang
terpukul, dan ibuku adalah orang yang selalu menguatkanku padahal
beliau yang paling terpukul melihat kondisi anaknya yang seperti
orang sekarat. Dibalik senyum nya beliau menyimpan kepedihan yang
mendalam Karena anak perempuan satu-satunya ditinggal di altar
pernikahan ada keresahan yang tergambar jelas di wajahnya. Dan
ternyata itu membuat hatiku semakin sakit.
“Ibu, aku baik-baik saja. Ibu jangan
terlalu menkhawatirkanku.”
“Ibu mana yang tidak terluka melihat
anaknya sakit begini ?’.
Akhirnya aku memutuskan untuk
meninggalkan rumah dan memilih untuk tinggal sendiri di apartemenku.
Karena berada dalam rumah itu membuatku mengingatnya. Di setiap sudut
rumah itu memberikan kenangan yang terlalu indah untuk dilupakan.
Tapi aku harus tetap melakukannnya bagaimanapun caranya.
Dia, sudah terlalu banyak memberiku
kenangan yang manis dan pahit dalam waktu bersamaan.
“Jangan sering minum obat tidur kalau
tidak bisa tidur. Lebih baik sholat malam atau mengaji atau membaca
buku. Itu akan membuatmu tenang.”
“Terima kasih ibu obatnya, aku bakal
ingat terus” , senyumku dalam pelukanya, dan kini pelukanku
merenggang, melihat sebentar wajah lembut ibuku.
“Telfon ibu kalau kamu tidak bisa
tidur atau sekedar ingin ngobrol.”
“Iya, ibu sayang”.
Ibu melepaskan pelukannya dan mengantar
kepergianku dari gerbang rumah. Aku berharap ini akan menjadi gerbang
masa laluku dan juga gerbang masa depanku. Semoga….
========================================================================
Sadar Karena hidupku yang sekarang
lebih penting dari masa laluku, aku berusaha bangkit dari jurang
kesedihan. Menata kembali hidupku yang cukup berantakan karena
kegagalanku menikah. Gagal ? ok, aku anggap ini bukan kegagalan, tapi
ini sebuah penundaan. Tuhan punya rencananya sendiri, aku yakin itu….
Tiga bulan, waktu yang cukup lama untuk
membuatku kembali beraktifitas di luar apartement, memulai mencari
perkerjaan lagi karena sebelum acara pernikahanku -yang pada akhirnya
gagal- aku sudah mengajukan surat resignku dari perusahaan
advertising , tempatku bekerja 5 tahun terakhir. Meskipun beberapa
kali managerku memintaku untuk kembali kalau aku sudah siap, tapi
tiga bulan terakhir aku masih terus menolaknya. Tapi kali ini aku tak
punya alasan lagi menolak….
“Senin depan kamu bisa kembali ke
kantor, Dis ?”, suara diseberang membuyarkan lamunanku.
“I will consider it, lagi pula saya
tidak ada pekerjaan sekarang.”
“You should do it ! Great, semoga
kamu tidak berubah pikiran lagi. See u on Monday,Dis.”
Tak banyak persiapan yang aku lakukan
untuk mulai lagi kembali ke kantor lamaku. Aku hanya akan menyiapkan
hati untuk pertanyaan-pertanyaan tentang gagalnya pernikahanku.
Bagaimana aku harus menghadapi teman-teman kantor yang memandangku
sebagai pengantin wanita yang gagal menikah dan terlihat begitu
menyedihkan. Atau aku harus mengganti penampilanku, sedikit berbeda
dengan penampilanku yang dulu, hanya sedikit saja. Tak banyak.
Ah,tidak tidak. Gladis tidak akan berubah seperti apapun dan
siapapun. Karena Gladis hanya akan menjadi lebih kuat dari Gladis
yang sebelumnya. Iya benar. Gladis akan baik-baik saja. Hanya perlu
mencari kesibukan untuk mengisi hari-harinya. Iya benar. Aku hanya
perlu menyiapkan dan menata……hati.
Banyak artikel yang sudah aku baca mengenai bagaimana cara move on (sebegitu inginnya aku moveon). Dan dari artikel yang aku baca, dan aku tau dari satu artikel ke artikel yang lain sarannya selalu sama. Pertama,aku harus menghapus foto-fotoku bersamanya, menghapus nomer kontaknya, jangan lagi stalking akun social medianya, sesekali lakukanlah perjalanan, lakukan hal-hal yang membuatmu bahagia. Ya kebanyakan semua artikel menyebutkan saran-saran itu. Aku masih menunggu ada artikel tentang caranya move on dan menuliskan salah satu tips nya untuk membolehkan si pembaca melakukan pembunuhan kepada orang yang telah membuat dirinya hancur atau menuntut ke mantan secara hukum ke pengadilan. Karena kepergiannya yang mendadak membuat hidup seseorang berantakan yang merugikan secara materiil dan non-materiil. Tapi, bagaimana aku bisa menuntutnya ? keberadaannya saja aku tidak tau dimana. Banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan padanya. Kenapa, kenapa , dan kenapa ?
Banyak artikel yang sudah aku baca mengenai bagaimana cara move on (sebegitu inginnya aku moveon). Dan dari artikel yang aku baca, dan aku tau dari satu artikel ke artikel yang lain sarannya selalu sama. Pertama,aku harus menghapus foto-fotoku bersamanya, menghapus nomer kontaknya, jangan lagi stalking akun social medianya, sesekali lakukanlah perjalanan, lakukan hal-hal yang membuatmu bahagia. Ya kebanyakan semua artikel menyebutkan saran-saran itu. Aku masih menunggu ada artikel tentang caranya move on dan menuliskan salah satu tips nya untuk membolehkan si pembaca melakukan pembunuhan kepada orang yang telah membuat dirinya hancur atau menuntut ke mantan secara hukum ke pengadilan. Karena kepergiannya yang mendadak membuat hidup seseorang berantakan yang merugikan secara materiil dan non-materiil. Tapi, bagaimana aku bisa menuntutnya ? keberadaannya saja aku tidak tau dimana. Banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan padanya. Kenapa, kenapa , dan kenapa ?
Sesak.
Berjalan di sepanjang boulevard kantor
adalah kebiasaaan yang sering aku lakukan akhir-akhir ini. Menghirup
udara segar di luar kantor dan melihat-lihat atau sekedar ber-say
hello dengan teman-teman kantor yang melintas. Itu membuatku sedikit
bisa bernafas, meluapkan pikiran yang berjejal ribuan pertanyaan di
kepala. Hal yang paling mengganggu, di tengah-tengah kesibukanku
tiba-tiba teringat dia, seseorang yang dulu aku hanya memikirkannya
saja membuatku bahagia, tapi kini memikirkannya membuat mataku
berair.
“Hai, Gladis, long time no see…”
Suara itu membuyarkan lamunanku. Suara
yang tak asing lagi bagiku.
“Hai ndra, iya.” Jawabku singkat.
“Udah lama masuk kantornya ? kok aku
baru liat kamu sekarang ?”.
“Udah seminggu yang lalu. Kamu sibuk
mungkin.”
“Uhm, mungkin juga. Anyway,glad to
see you again dis. And sorry,,, I’ve heard about your wedding. Are
You OK ?”.
“Everything’s OK now, ndra. Don’t
worry. That was long time ago.”
“Great. You must be stronger than you
think. ‘
“Thanks, ndra…”.
“Anytime, anyway, we should meet next
time. Aku mau traktir kamu di Cafe baruku. Ya, cafe kecil sih dis,
I hope you like it” senyum khasnya memperlihatkan deretan gigi
putihnya.
“It’s sound great, ndra.I should go
there once at least.”
“Sip, nanti aku kontak kamu lagi ya.
Aku harus pergi dulu ketemu klien.”
“Bye….”
Narendra,
sahabatku, dulu. Sebelum aku mengenal Wisnu dan akhirnya memutuskan
menikah dengan Wisnu, orang yang telah
mengacaukan hidupku. Aku dan Narendra bersahabat dari aku kecil Karena
dia pindah ke komplek perumahanku dan menempati rumah kosong tepat di
sebelah rumahku. Kami tumbuh bersama, menangis dan tertawa bersama.
Tak ada rahasia antara aku dan dia. Ketika SMA kita berdua merupakan
sahabat yang bikin iri semua teman-teman di sekolah. Keikutsertaan
Rendra -panggilan akrabnya- dalam beberapa ekskul dan prestasinya di
dalam kelas membuatnya menjadi popular di sekolah kami waktu itu.
Jujur aku bangga punya sahabat sepertinya. Banyak cewek-cewek yang
memandang iri tiap kali kami menghabiskan waktu bersama. Singkat
cerita kita masuk di kampus yang sama dan masuk di jurusan yang sama
pula. Semuanya berjalan baik-baik saja, sampai akhirnya aku mengenal
Wisnu. Entah apa yang Rendra tau tentang Wisnu, dia menentangku keras
ketika aku bilang akan menikah dengan Wisnu.
“Dis, lu yakin mau nikah sama si
Brengsek Wisnu itu ? kalian kan baru kenal.”
“Ndra, kok lu ngomong Wisnu brengsek
sih ? Emang dia salah apa sama lu ? Lagi pula kenapa kalau gua baru
kenal ama dia ? Hak apa lu menentang gua nikah sama dia ?”.
“Dis, lu tuh gak kenal Wisnu seperti
apa. Dia…”
“Udah lah ndra, gua gak ada waktu
buat denger fitnah-fitnah yang lu bikin buat ngancurin gua ama Wisnu.
Lu emang sahabat gue ndra, tapi lu gak berhak buat ngatur hidup gua.
Bahkan lu gak bisa ngatur gua kepada siapa gua jatuh cinta.”
“Dis, don’t say that I didn’t
warn you ya. Elu gak ngasih gua kesempatan buat jelasin apa yang gua
tau tentang Wisnu. Dan lu bilang gua fitnah dia ? Gua gak sepicik itu
dis.”
“Shut up, ndra. I’m too exhausted to
lend you my ear to hear that I won’t to hear. You’re not my best
friend anymore. Mulai sekarang jangan saling mencampuri kehidupan
masing-masing. I won’t to know about your life and you don’t
deserve to know about my life as well.”
Ya, that’s my stupid mistake that
I’ve ever did. Kebodohan yang aku sesali sampai sekarang Karena aku
saat itu hanya ingin mendengar apa yang ingin aku dengar tentang
Wisnu. Andai saja saat itu aku denger dulu penjelasanmu ndra. Andai
gua gak dibutakan oleh cintanya Wisnu yang ternyata palsu. Andai gua
lebih mendengarkanmu Ndra. Andai lu tau , betapa malu dan menyesalnya
gua saat ini ndra. Bahkan gua gak bisa lagi melihat matamu saat kita
bicara tadi. Andai lu tahu , Ndra…..
========================================================================
*Narendra*
Gladis. Kamu akan selalu menjadi orang
yang pertama yang aku ingat saat aku membuka mataku di pagi hari dan
di saat aku memejamkan mataku ketika hariku begitu berat.
Memikirkanmu adalah kebahagiaan bagiku. Tapi, aku hanya pecundang
yang mencintaimu dalam diamku, mengagumimu dalam gelapku,
memimpikanmu dalam setiap malam-malamku.
Kamu tau betapa pecundangnya aku Dis.
Saat kamu memutuskan untuk menikah dengan si bangsat Wisnu itu. Aku
tak bisa melakukan apa-apa. Pun ketika kamu ditinggalkan tepat pada
hari pernikahanmu, aku tak bisa melakukan apa-apa, Karena kamu yang
telah membangun benteng tinggi antara kita Dis. Kamu tak
mengijinkanku menghancurkan atau bahkan memanjat tembok itu.
Kamu membiarkanku membusuk dengan segala rasa yang kamu tak pernah
tahu. Aku mencintaimu dalam diam. Aku akan menjadi pecundang
dimatamu. Selamanya…..
Kamu ingat Dis, pertengkaran terakhir
kita saat itu, itu cukup menghancurka hidupku, aku tidak berniat
untuk menghancurkan hubunganmu dengan Wisnu, aku hanya benar-benar
peduli denganmu Dis. Wisnu itu benar-benar brengsek. Tapi kamu gak
ngasih aku kesempatan buat menjelaskan semuanya.
Kamu yang memutuskan untuk kita tidak
saling berhubungan lagi. Kamu tahu betapa remuknya hatiku saat itu
Dis. Tapi entah kenapa aku tak bisa membencimu malah aku merasa hampa
tanpamu. Aku seperti seseorang yang kehilangan satu kakiknya,
berjalan tertatih menaiki tangga panjang yang tak ada ujungnya.Tau
dis, aku pernah ingin melakukan hal nekat saat sebelum hari
pernikahanmu. Ingin sekali aku menculikmu dihari pernikahanmu dan aku
bawa pergi kamu. Hanya kita berdua.
Tapi akal sehatku masih cukup waras
untuk menghentikan imajinasi liarku. Karena aku melihatmu tertawa
bahagia ketika kamu bersama Wisnu. Mendengar pernikahanmu gagal karena Wisnu brengsek itu meninggalkanmu membuat hatiku tambah hancur
Dis. Ingin sekali aku membunuhnya sebagai balasan telah menyakiti
hatimu. Tapi aku tak bisa melakukan apa-apa Dis,lagi-lagi kamu yang
memintaku untuk tidak mencampuri hidupmu. Seharusnya saat itu aku tak
menghiraukan amarahmu, tapi seharusnya aku mendampingimu. Aku malah
tak berani menampakkan batang hidungku di depanmu. Seharusnya hari itu
aku datang saja dis, tak usah kupedulikan kata-kata pedasmu itu.
Persetan dengan harga diri, aku lebih memilih diinjak-injak harga
diriku dari pada aku melihatmu hancur sepert ini.
Tapi semua sudah terjadi. Lagi-lagi aku
hanya menjadi seorang pecundang. Sampai saat ini. Saat aku bertemu di
boulevard kantor kita. Saat aku dengan canggungnya menyapamu, setelah
beberapa menit sebelum aku memutuskan untuk menyapamu aku ingin
sekali langsung memelukmu untuk meredakan kesedihanmu. Itu akan aku
lakukan apabila aku dan kamu masih bersahabat seperti dulu. Tapi aku
sadar, aku tak bisa melakukan itu karena kita tak lagi sama.
“Hai Gladis, long time no see…”
Setelah aku mengumpulkan kebaranianku
untuk menampakkan lagi diri ini di depanmu dan menyapamu. Kamu tahu
dis, aku sungguh menantikan hari ini, hari saat aku bertemu lagi
denganmu. Aku rindu kamu dis…..
==========================================================================
#Gladis dan Narendra#
“Gimana kopinya dis, enak ?’.
“Uhm, lu tau kan ndra gua gak ngerti
soal kopi, tapi menurutku sebagai orang yang awam tentang kopi, ini
serius nikmat.”
“Serius ? wah, syukurlah,,, gua pikir
lu gak bakal suka. Kalo enak lu bayarnya lebih mahal yak”.
“Eniwei, cafenya nyaman ndra, konsep
cafenya juga unik.”
((( Dis, ini kan konsep cafenya ide lu
dulu ketika kita iseng bicara soal impian kita, dan elu dis, elu yang
ngasih gua ide buat bikin café Karena gua penikmat kopi parah, dan
dari elu konsep ini dis. Elu Lupa ?))).
(((Ndra, kenapa gua ngerasa café ini
dibuat buat gua ya ndra. Gua inget ndra, konsep yang sekarang lu pake
buat café ini kan ide gua ndra. Dan elu masih inget dengan baik apa
yang gua katakan waktu itu ke elu ndra ?)))
“Elu, sekarang apa kabar Ndra ?”,
banyak yang ingin gua tanyain tapi kenapa yang keluar pertanyaan basi
ini. Duh Dis…
“Ya gini aja Dis, gak banyak yang
berubah dari gua, heheh”. Gak ada yang berubah Dis, termasuk
perasaan gua ke elu. Duh Ndra, bego banget disituasi kayak gini lu
masih egois gilak.
“……owh gitu , hehe.” tanggapan
macam apa ini Dis ? otak lu udah gak bisa diajak mikir kreatif lagi.
Cari bahasan yang lain deh…
“Ndra, sorry ya sikap gua ke elu gak
baik. Gua gak tau Ndra, apa gua masih pantes ketemu elu lagi. Gua
malu , Ndra….”.
“Dis, udah ya, gua udah maafin elu,
jauh sebelum elu minta maaf ke gua. Yang penting kan sekarang. Yang
udah berlalu yaudah. Buat pelajaran kita semua.”
“Gua gak baik-baik aja Ndra. Lu salah
kalau gua baik-baik aja. Gua hancur Ndra. Dan yang lebih menyakitkan
buat gua, bukan karena Wisnu ninggalin gua, tapi karena persahabatan
kita berakhir karena keegoisan gua. Ketololan gua karena terlalu
cepat percaya ama orang brengsek kayak Wisnu.”
(((Dis, tolong jangan nangis. Gua gak
bisa nahan buat meluk elu kalo elu nangis)))
“Sorry, Ndra….gua gak bisa sering
ketemu sama elu lagi. Gua udah gak bisa menjadi sahabat baik lu
lagi.”
(((Dis, sebegitu cintanya kah elu sama
sibangsat Wisnu itu ? sampai orang yang tulus punya perasaan ke elu
gak pernah terlihat sama elu ?)))
“Thanks, buat hari ini Ndra.Gua balik
dulu.”
“……….”
(((Peluk)))
“….Ndra….”
“Sorry Dis, Sorry gua gak bisa nahan
buat gak meluk elu. Gua minta tolong kayak gini sebentar lagi aja”.
(((Ada satu hal ingin gua lakuin ketika
pertama kali gua ketemu elu lagi Ndra. Meluk elu)))
“Maafin gua Ndra….”
Cinta dan patah hati memang satu paket
lengkap.Semakin sering kamu jatuh cinta, semakin sering kamu juga
bakalan patah hati. Berani jatuh cinta harus juga berani buat patah
hatinya. Itu seninya mencintai……
Yang perlu kita lakuin ketika kita jatuh
cinta sama seseorang. Gak perlu banyak mikir, rasain aja apa yang
sedang terjadi di dalam hatimu. Biarkan logika memilih dan seleksi
sesuai kriteria yang ada di kepala, tapi hati akan selalu punya
caranya sendiri untuk menentukan. Kepada siapa akhirnya dia jatuh
cinta……
Jatuh cinta itu gak salah, hanya
terkadang cara kita mencintai yang salah….
*Hope you enjoy it* 💕
*Hope you enjoy it* 💕
Tidak ada komentar:
Posting Komentar